Sunday, May 6, 2012

4 [Ep1. The Born Of Super Suffer]

Wooooh.... sudah lama tidak eksiiiiiiiis! Apa kabar dunia??!

#behind the scene : Metolit garuk-garuk tembok.

Oke, karena tulisan satu ini tidak akan membahas hal-hal yang spesifik (atau mungkin karena faktor penulisnya yang running out of topic), gw mau ngoceh aja perihal "Petualangan Semester 4" gw hingga minggu awal bulan Mei ini. Gak ada yang spesial sih, paling cuma curcol-curcol merana gak genah tentang tidak habis-habisnya tugas-tugas perkuliahan dari Para Dosen atau teriakan histeris karena beberapa pekan yang lalu gw sudah "dirampok secara tak sengaja" oleh temen-temen gw sendiri. Jika pun terpaksa bersyukur, maka sesuatu yang mungkin bisa disebut sebagai anugrah adalah : bakat "nyepik" gw mulai tergali.

Baiklah kalau begitu.


Ada satu hal yang tiba-tiba gw sadari, yaitu pre-starting untuk semester ini adalah yang terburuk jika dibandingkan dengan yang sebelum-sebelumnya. Biasanya, selama liburan semester, gw pasti sudah membaca duluan literatur bahasa pemrograman yang akan diajarkan di semester depan, minimal hingga bab looping. Bisa gw katakan, inilah jurus jitunya kenapa gw tetap bisa bergelimang nilai mewah walaupun sering tidak memperhatikan Sang Dosen atau Asisten Dosen saat perkuliahan atau praktikum. Hahahahahaha.

Sayangnya, kali ini, gw terlalu terbuai bersama Koding MIPA GO hingga detik-detik penghabisan. Satu-satunya alasan mengapa gw harus berurusan dengan perkomputeran saat itu hanyalah permintaan temen-temen gw yang minta diajari Analisis Algoritma atau Pemrograman II. Selebihnya, gw menghabiskan hari bersama dunianya Euclid dan Newton, yang sampai-sampai gw harus menghabiskan 3 buah buku tulis untuk keperluan coret-coretan. Daze menganggur dengan drastis : cuma menjelma sebagai wadah penyetelan file MP3, pemeriksa notifikasi facebook, tumbal dalam prosesi download-upload, perantara untuk menyampahi Blogger, dan tempat adek gw menginstal game perang -_______- Akibatnya, gw datang sebagai orang lolo' ketika tidak tahu harus pakai sintaks apa untuk mengawali program perkenalan dengan bahasa Java.

Akhirnya, di awal bulan Maret, seperti plesetannya judul buku karangan RA Kartini : "Habis Gelap Tetaplah Gelap karena Listrik belum Masuk Desa", masa-masa kelam yang gw jalani pun mulai berubah menjadi hitam legam. Bayangpun, gw sudah diserahi mandat pembuatan paper pada minggu pertama perkuliahan, yang itu berarti gw sudah berpusing-pusing ria di momen yang gw anggap sebagai yang tersantai dalam satu semester. Aaaakhh. Memang cukup bikin sakit kepala, apalagi kalau melihat nominal referensinya yang 25.8 MB, tapi itu semua berhasil kelompok gw lalui dengan menyabet titel "yang tercepat mengirim softcopy ke email Sang Dosen".

Penderitaan gw (dan teman-teman gw) berlanjut sampai minggu kedua dan ketiga. Gw bahkan sempat berkelakar,"Awas paper diharamkan sama MUI, soalnya gw udah mabok paper nih." Sungguh sesuatu ya, dimana cenat-cenut yang belum reda karena badai tugas gelombang pertama ternyata harus diperpanjang kayak STNK hingga dua minggu kemudian. Dan, sudahkah gw katakan kalau semua yang gw beberkan barusan barulah ulah dari SATU MATA KULIAH???

Untungnya, Sang Dosen akhirnya tahu diri juga dengan berhenti menguras energi kami di minggu keempat. Tapi, kalian harus tahu, kalau itu dilakukannya bukan untuk memberi kami waktu istirahat, melainkan untuk menyiksa kami lebih dalam, karena beliau telah memberikan "tugas besar" yang ber-deadline di akhir semester, yaitu melaksanakan penelitian yang berbasis pada ide skripsi masing-masing menggunakan metode Literature Review. Oh, hati gw langsung berlinang air mata, kemudian gegalauan menentukan apakah itu tangisan sedih atau senang #nyetrum diri sendiri.

Masa remaja gw yang tidak pernah serius dipenuhi oleh sederetan presentasi, laporan, resume, simulasi jaringan, dan depresi kronis akibat program yang gagal. Naiknya harga hardisk eksternal yang ramai digunjingkan oleh temen-temen gw semakin memperparah penyakit "cekak" yang memang gw pelihara. Pasalnya, gw menemui masalah terkait partisi ketika sedang menginstal Ubuntu, yang karena gw sok tau dan gatel ngutak-atik, masalah tersebut kian membesar saat gw dapati seluruh tipe partisi hardisk Daze berubah dari "Basic" menjadi "Dynamic", yang imbasnya gw malah tidak bisa menginstal sistem operasi apapun. Setelah googling kesana kemari, gw memperoleh... apa ya, disebut pencerahan juga gak sih, karena solusi yang digaung-gaungkan oleh dunia maya untuk problema gw ini adalah memformat hardisk dengan Windows atau Ubuntu installer. Setelah mendengar kata "format", yang identik dengan frase "kehilangan data", gw pun tertuntun untuk menyelamatkan seluruh isi memori Daze terlebih dahulu. Kemudian, karena kemampuan kalkulasi gw belum jeblok-jeblok amat, adalah sesuatu yang tidak mungkin untuk menyimpan file backup hasil gabungan data sebesar 86.5 GB di dalam flashdisk 4 GB. Alhasil, gw memerlukan kapasitas storage yang lebih dewa, yang sampai posting ini tertulis belum terbeli jua, yang karenanyalah gw dikongek "gak bisa nginstal ya... gak bisa nginstal ya..." oleh Pandu dan Tanto, beberapa rekan sejawat yang kurang asem.


Okeeee, lupakan saja kebodohan gw itu. Di balik semua rintangan yang menghadang, gw sudah membuat kemajuan yang berarti bersama Ubuntu di notebook salah satu teman gw, yang berinisial "Rita" #koplak. Ya, rela tak rela, gw kembali pada zaman jahiliyah dimana gw harus parasit-sana-parasit-sini, nebengin PC orang dengan modal senyum dan "terima kasih". Hahahahaha.


No comments:

Post a Comment