Gw memang sudah menetapkan akan melepas fakultas kedokteran apapun yang gw dapatkan demi keluarga gw. Apapun itu, mau "Universitas Istimewa" yang selama ini gw kejar-kejar sekalipun. Tapi jauh di dasar hati gw, gw sama sekali gak mau melakukan itu. Nurani gw gak sanggup memutuskan, bahkan membayangkan apakah gw cukup kuat untuk penantian setahun lagi jika kesempatan yang sekarang ini gw lewatkan. Jadi, gw masih berharap akan ada keajaiban. Gw berdoa semoga pertolongan Tuhan datang, memudahkan segalanya.
Tapi konfirmasi siang itu segera mencairkan semua asa yang gw pelihara di hati. Secepat kilat, gw menata batu demi batu untuk membangun benteng bernama ketegaran karena gw mulai merasa gak mampu untuk tidak menangis. Bantal yang basah mengiringi kesadaran gw untuk menerima dengan lapang kalau langkah gw harus tertahan. Gw masih harus bersabar. Lagi.
Sudah seharusnya pengalaman hari ini dijadikan pelajaran berharga. Gw gak mau mengulangi kejatuhan karena penyebab yang sama. Maka, seperti sebuah solusi, walaupun masih dalam genangan kesedihan, istilah 'Plan B' menyembul keluar : cari harta.
No comments:
Post a Comment