Saturday, August 25, 2012

Bom Nasi Bungkus

Saat ngobrol gaje dengan Choi pada pagi-pagi subuh, gw yang sedang katrok-katroknya menjadikan bunga kertas sebagai mic presenter acara berita tiba-tiba teringat pada insiden bom buku yang mampir di kediaman Ahmad *hani. Pemicunya adalah nasi bungkus yang masih teronggok rapi tanpa ada yang menyentuh dari tadi malam di meja makan. Dan gw pun serta merta mengutuk si pelaku bom buku tersebut. Mengutuk, sejahat-jahatnya mengutuk.

Gw bukanlah seseorang yang baik hati dan tidak pernah peduli dengan apapun yang terjadi pada Ahmad *hani sehingga "rasa kemanusiaan" bukan alasan yang mendorong gw untuk kutuk-mengutuk. Gw menyesal kenapa si pelaku mengkamuflasekan bomnya dalam bentuk buku. Kenapa harus buku gitu loh?! Mungkin tujuan Anda akan berhasil kalau saja bom Anda tersebut hadir di negara-negara yang menggenggam indeks baca tinggi. Lah, Indonesia? Jangankan buku, barangkali nota belanja pun kita enggan ngebacanya.

Sebaliknya, gw akan juluki Anda brilian kalau Anda membentuk bom Anda seperti nasi bungkus. Tidak banyak orang yang akan menolak paket Anda mengingat negara kita tercinta ini menjunjung tinggi filosofi "berkeringat saat makan" -_-

No comments:

Post a Comment