Percayalah kawan. Investigasilah dari ujung dunia yang satu sampai ujung dunia yang lain, maka kalian pasti temukan bahwa bejibun faktor X yang mempengaruhi suatu barang yang kita sebut "nilai ujian" sehingga validitasnya memprihatinkan.
Jadi, jangan lantas kalian merasa hebat sehingga dengan lebainya mencetak hasil ulangan kalian dalam bentuk brosur dan menyebarkannya ke seluruh penjuru kota. Sebab, tidak berarti kalian lebih tinggi dari orang lain hanya karena nilai kalian lebih besar dari mereka. Bahkan, sadar atau tidak, nilai telah menjadi salah satu faktor pemicu hancurnya sistem pendidikan Indonesia. Karenanyalah, kalian bisa temukan PNS hasil nyogok mendulang gaji berjuta-juta ---yang sebenarnya bukan hak miliknya--- setiap bulan dari negara dan anggota kabinet yang tak berkompeten duduk di belakang meja pemerintah.
Menurut gw, sebelum ribut-ribut tentang pro dan kontra tentang rokok, sebaiknya kita basmi dulu pemahaman salah yang mendewakan nilai di kepala masyarakat. Nilai memang tolak ukur kemampuan, tapi tolak ukur kemampuan bukan hanya nilai. Menggantungkan segala-galanya pada nilai hanya akan berbuah pada kebobrokan moral. Pikir aja, apa lagi alasan korupsi merajalela kalau bukan karena para pelakunya berambisi atau terambisi pada nilai harta?
Berapapun nilai rapor atau nominal Indeks Prestasi di KHS kalian, asalkan kalian memiliki kemampuan, kalian akan dihargai, atau bahkan dipuja-puja oleh orang lain. Lihatlah Super Junior. Apa mereka disayangi sama fans-fansnya karena dulu mereka bintang kelas? Gak kan? Itu semua karena mereka punya talenta untuk menghibur penonton. Jadi, ingat, nilai hanya sebatas standar, tidak lebih. Jangan sampai levelnya naik pangkat menjadi "tujuan", karena kalau sudah sampai begitu, artinya kalian sedang meracuni diri sendiri.
Jadi, jangan lantas kalian merasa hebat sehingga dengan lebainya mencetak hasil ulangan kalian dalam bentuk brosur dan menyebarkannya ke seluruh penjuru kota. Sebab, tidak berarti kalian lebih tinggi dari orang lain hanya karena nilai kalian lebih besar dari mereka. Bahkan, sadar atau tidak, nilai telah menjadi salah satu faktor pemicu hancurnya sistem pendidikan Indonesia. Karenanyalah, kalian bisa temukan PNS hasil nyogok mendulang gaji berjuta-juta ---yang sebenarnya bukan hak miliknya--- setiap bulan dari negara dan anggota kabinet yang tak berkompeten duduk di belakang meja pemerintah.
Menurut gw, sebelum ribut-ribut tentang pro dan kontra tentang rokok, sebaiknya kita basmi dulu pemahaman salah yang mendewakan nilai di kepala masyarakat. Nilai memang tolak ukur kemampuan, tapi tolak ukur kemampuan bukan hanya nilai. Menggantungkan segala-galanya pada nilai hanya akan berbuah pada kebobrokan moral. Pikir aja, apa lagi alasan korupsi merajalela kalau bukan karena para pelakunya berambisi atau terambisi pada nilai harta?
Berapapun nilai rapor atau nominal Indeks Prestasi di KHS kalian, asalkan kalian memiliki kemampuan, kalian akan dihargai, atau bahkan dipuja-puja oleh orang lain. Lihatlah Super Junior. Apa mereka disayangi sama fans-fansnya karena dulu mereka bintang kelas? Gak kan? Itu semua karena mereka punya talenta untuk menghibur penonton. Jadi, ingat, nilai hanya sebatas standar, tidak lebih. Jangan sampai levelnya naik pangkat menjadi "tujuan", karena kalau sudah sampai begitu, artinya kalian sedang meracuni diri sendiri.
No comments:
Post a Comment