Thursday, February 16, 2012

Kisah Handphone Hasil Minjam

Alright, semua tragedi berbau epik ini [lebai deh] dimulai setelah menghilangnya N70 hitam gw akibat kecebur di laut. Dengan sangat terpaksa, gw kembali lagi ke zaman purba saat menggunakan secara sementara Nokia 1208 yang ditinggalkan ibu gw kepada gw karena beliau beralih ke handphone Cina. Prioritas gw saat itu adalah informasi kuliah, walaupun gw sempat mengeluh tentang keypad-nya yang tidak ideal untuk ngetik sms.

Perjalanannya berakhir di pertengahan Oktober tahun lalu, tepatnya ketika malam makrab program studi sedang berlangsung di Pantai Sekarwana. Hp yang tutup baterainya udah longgar itu secara tidak sengaja melakukan aksi stunt berbahaya, yaitu memplesetkan diri dari kantong celana lalu keluar ke dunia bebas yang kejam, saat gw sedang jongkok di kakus untuk buang air kecil, dan kemudian mendarat di atas selokan yang dialiri air segar (dengan sedikit kandungan garam karena air tersebut berasal dari sumur yang letaknya dekat dengan tepi pantai). Bersama kekhawatiran akan buta waktu karena selama ini satu-satunya jam yang hadir di kamar gw adalah handphone, sepulangnya dari acara itu, gw melarikan pretelan 1208 ke konter. Sakitnya, harapan gw musnah sudah tatkala penghuni konter menyatakan kalau yang gw bawa sekarang adalah potongan bangkai.

Orang yang sama menawarkan ongkos servis sebesar Rp 50.000,- dengan tingkat keberhasilan yang tidak menjamin. Ibu gw pun memutuskan untuk memberikan gw hape baru daripada harus mengeluarkan nominal di atas untuk memperbaiki handphone yang sudah layak masuk museum. Rupanya ibu gw adalah pemegang prinsip ekonomi yang baik karena "baru" di sana maksudnya salah satu hape adek gw ditransfer sebentar ke gw.

Alas. Yang satu ini bahkan garis hidupnya lebih singkat. Lewat tahun baru pun kagak. Kronologinya berawal dari gw yang sedang telponan sambil berkeliaran naik motor di daerah Kedamaian. Jika kalian mengaku anak muda, pasti udah kenal banget sama pose gw kala itu: handphone dijepit di antara kuping dan helm. Lalu, karena itu malam hari, ---jangan tanya kenapa gw kelayapan malem-malem karena gw tidak mau jawab XD--- ditambah ketiadaan lampu jalan, serta gak memadainya lampu depan motor gw yang hampir mendekati ajal, gw pun gak ngeliat kalau ada lobang besar di depan gw. Alhasil, apalagi gw juga lagi buru-buru, akhirnya gw terabas lobang tadi dengan kecepatan tinggi, yang sukses memberi gw hadiah berupa efek gempa bumi 9.8 skala Richter.

Beberapa meter dari titik bercokolnya lubang celaka itu, ketika gw berniat untuk meng-sms seseorang, gw gelagapan karena gak bisa menemukan handphone gw dimanapun. Gw cepet tersadar kalau barang yang gw cari ternyata jatoh pas insiden "goncangan heboh" barusan dan sekarang sedang tergeletak-merana-sendirian di tengah jalan yang dingin. Akhirnya gw balik lagi ke TKP dan dengan sedihnya minjem senter abang-abang bakso yang lagi lewat karena gw gak punya satu benda pun saat itu yang bisa menerangi gelapnya situasi. 

Kabar baiknya, hape yang bersangkutan berhasil gw dapatkan. Kabar buruknya, dalam kondisi basah, mati total, dan LCD pecah.

No comments:

Post a Comment