Gw sulit mau memanggilnya apa. Dibilang munafik, ya gimanaaa, dibilang strategi pemasaran juga, masa' sih iya?
Operator merah bicara dengan gencar,"Murah, murah, murah". Apa pantes titel begitu kalau nominal bensin motor untuk 3 hari ternyata cuma bertahan 24 jam setelah hanya dipakai buat sms-an? Gw, sebagai mantan pengguna, kesusahan sekali mengakses fitur-fitur gratisan yang ditawarkan, sehingga akhirnya menyerah dan berpaling pada solusi dual SIM.
Operator ijo bicara dengan gencar,"Sinyal kuat". Di awal-awal pemakaian, di zamannya status gw masih "pure beginner", jaringannya selalu mengalami gangguan mulai dari ba'da Maghrib sampe jam 10 malem. Padahal itu worktime-nya anak muda yang jadi hotline curcol kayak gw. Memang sih, saat ini, peristiwa begitu jarang terjadi. Tapi jarang bukan berarti "tidak pernah" ya. Insiden yang sama terulang lagi ketika gw mendatangi konser Noah, dimana calon murid gw secara gigih mencoba menghubungi gw, yang tidak satupun berujung berhasil.
Operator lain bicara dengan gencar,"Sinyal kencang". Ini apa tah. Kuota internet gw masih utuh 5 GB-an walaupun masa aktif telah berlalu 2 minggu. Pasalnya sinyal modem terpojok di kasta EDGE melulu. Rasanya mau puasa Senin-Kamis aja bawaannya ---wujud rasa syukur--- pas ngeliat satu batang WCDMA nyelip di Mobile Partner.
No comments:
Post a Comment