Wednesday, July 9, 2014

Indonesia, 9 Juli 2014

Setelah pertarungan kampanye yang keras dan sengit, sampailah kita pada puncak demokrasi di tahun ini, yakni Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Indonesia 2014-2019. Entah kenapa kalimat pembuka tadi terasa formal sekali, padahal bukan itu nuansa yang ingin dibangkitkan di posting ini. Ya sudahlah. Apapun itu, mengingat kerja KPU yang kurang becus, gw baru bisa masuk TPS tengah hari nanti. Maka, untuk mengisi waktu (baca: menunda mandi), terlahirlah tulisan ini, dengan judul nasionalis, yang isinya tetap saja curcol-curcol agak miris. Hiks hiks.

Paska bertepuk tangan karena Brazil telah tersingkir dari Piala Dunia, gw pun larut dalam indahnya doa Subuh. Di titik akhir ini, tidak ada lagi yang bisa gw lakukan selain meminta pada Tuhan untuk menganugerahi Indonesia pemimpin yang terbaik, dimana yang terbaik itu adalah Prabowo Subianto. Memang terkesan maksa, tapi bede emet, yang berdoa gw ini, ya terserah gw dong isi doanya apa :P Gw memohon campur tangan Tuhan dalam menangkal fitnah dan tuduhan tak berdasar yang tak henti-hentinya, bertubi-tubi, membusukkan citra beliau, karena Cintaku bilang Dia-lah Maha Membolak-balikkan Hati Manusia. Percayalah, sebesar apapun kekuatan lawan, selalu cukup bila Tuhan sebagai Penolong. Lihat aja Brazil yang punya bintang, yang dapat dukungan penuh suporter tuan rumah, yang disayang wasit (katanya), toh tergasak juga 7-1 oleh Der Panzer. Analoginya jauh memang, tapi, bede emet :P

Mari, bersama, datangi TPS yang ada, kemudian coblos sekali pada foto Presiden pilihan kita masing-masing. Jika selama ini kita selalu meminta kontribusi nyata seorang pemimpin dalam membangun bangsa, maka itu dimulai dengan kontribusi nyata kita mendukung si fulan yang dinilai mampu melakukannya. Karena seperti demikianlah konstitusi bicara. Adalah hak pula untuk tidak memilih, namun sebuah kewajibanlah untuk mematuhi perintah negara. Karena seperti demikianlah agamaku berbicara.

Perbedaan kita hanya berjarak lima menit di bilik suara. Sesudahnya, kita tetap Indonesia yang satu. Bhinneka Tunggal Ika. Indonesia Raya.

No comments:

Post a Comment