Tuesday, January 1, 2013

New Year Confession

Sebenarnya ini bukanlah waktu yang tepat untuk ber-posting-posting ria, mengingat betapa pendeknya waktu yang gw punya untuk menyelesaikan sistem gw yang memuakkan. Tapi...apa boleh buat. Gw gak suka mengumbar-umbar rasa galau gw di jejaring sosial, juga bosan berurusan dengan koding, sehingga hanya tinggal kau pelampiasannya, Blogspot. 

It's always nice. Selama ini, gw melewati fenomena tahun baru dengan perasaan tenang dan damai. Entah itu tertidur sampai siang, atau menguasai televisi yang bergemerlapan film-film sendirian, atau memelototi beraneka ragam spesies kembang api yang meletus dari PKOR dekat rumah diiringi fantasi melankolis, atau mencomot jagung dan ayam bakar secara tak tahu diri karena tidak ikut repot-repot memanggang sebelumnya. Mungkin yang agak ekstrim sedikit adalah ketika gw masih getol menenggelamkan diri bersama soal-soal SNMPTN tanpa mempedulikan setiap suara terompet yang gw dengar. Tapi itu 3 tahun yang lalu, dan... it's okay. Mau kalian komen sehambar apapun tahun baru yang gw punya, gw tidak pernah menyesalinya. Sekalipun. Ciyus.

Dan kemarin adalah pertama kalinya gw merayakan pergantian tahun di luar rumah gw tercinta. Awal pangkalnya adalah temen-temen seperkuliahan yang menghasut ramai-ramai. Lalu, karena pertahanan diri gw lemah, sambil teriming-imingi kebinalan anak muda yang bisa kami lakukan tanpa pengawasan orang tua (?), gw pun setuju tanpa syarat. Dengan hebatnya, gw angkat kaki dari kamar gw pada tanggal 30 Desember 2012, seraya meninggalkan pesan singkat yang perlu gw ulang sampai 5x untuk membuat adek gw mengerti : "Gw mau nginep di tempat temen gw, tahun depan baru pulang".  

Seperti kata-kata bijak Spongebob yang terkenal,"Semua yang berkilau itu belum tentu emas", maka begitulah keadaan gw semalam. Seluruh rencana manis yang tertanam dalam kepala gw langsung hancur berantakan menjelang azan Isya berkumandang. Tuan rumah membuat gw kesal, yang karena itulah, gw dan teman gw bersedia berhenti berteduh kemudian berkendara menembus hujan deras menuju Way Kandis, ke rumah teman yang lain, yang menjadi tempat pelaksanaan selebrasi tahun baru yang dinanti-nantikan. Kami sampai sebagai tamu pertama, datang lebih awal dari waktu yang ditetapkan, dalam kondisi basah kuyup.

Musik siap, minuman siap, cemilan siap, tungku siap, ayam, jagung, dan ikan siap, kartu remi siap, kembang api pun siap. Semua nyawa hadir di lokasi, termasuk Si Pembuat Kesal. Mengingat gw meninggalkannya di rumah sendirian tanpa pamit, tanpa basa-basi langsung pergi dengan muka gak bersahabat, lambat laun, rasa bersalah mulai merayapi hati gw. Akhirnya gw memutuskan untuk mengalah. Gw mencari cara untuk mendekat, hingga akhirnya kami duduk bersisian.

Sebelum gw sempat menyulut sebuah pembicaraan, tiba-tiba gw teringat kalau gw belum shalat Isya. Gw pun memilih mendahulukan Tuhan gw, meninggalkan semua hingar-bingar itu untuk sedikit bermunajat. Tapi, entah kenapa, bukannya dapet pencerahan, gw malah jadi makin bingsal. Niat perdamaian yang tadi gw usung sekarang pupus gak tau kemana. Gw sendiri heran luar biasa. Perasaan shalat gw baik-baik aja, bahkan bisa gw bilang lebih khusyuk dari biasanya, but why?!

Gw menjauh lagi. Memojokkan diri di kursi yang lain sambil menghabiskan berbotol-botol Frestea. Gw lupa kalau sesi makan besar belum dibuka, sampai akhirnya perut gw kembung sendiri dan gak sanggup menampung makanan lebih lanjut -_-" Yah, setelah tingkah bodoh satu itu, guna menghilangkan mood aneh yang bangkit di hati, gw mencoba segala cara, mulai dari foto-foto, menjadi pengeksekusi kembang api yang terhormat, beradu kata-kata ambigu (hehehe), hingga sekongek-kongekan memaksa mereka-mereka yang pantas untuk mencicipi "pelaminan". Namun hasilnya nihil. Sampai akhir, sampai sekarang, sampai saat posting ini ter-publish, rasa kesel ini belum berkesudahan. 

Jadi, mari setahanan #emotdatar

No comments:

Post a Comment