Previous : Monyet Matdis
Sang Dosen pun mulai memberikan reward,"Siapa yang bisa jawab, saya kasih A!"
Jujur lagi, gw gak peduli dengan huruf apapun yang tercetak di KHS gw nanti, tapi kami (baca : gw) gak mau Sang Dosen menikmati kebingungan kami (baca : gw) lama-lama. Kami (baca : gw) gak mau dipandang bodoh, walaupun pada dasarnya kami (baca : gw) memang bodoh (-_-). Kami (baca : gw) gak mau beliau tersenyum bahagia sambil berkata,"Hah, ternyata kalian (baca : gw) tidak bisa ya?"
Itu sial banget gak sih?!
Seorang teman gw yang lain, Ahmad, punya seorang teman, yang juga teman gw, namanya Niar. Mereka sama-sama berasal dari Metro, sedangkan gw mengenalnya karena kami berdua adalah finalis OSN 2008 yang mewakili Lampung. Tidak perlu diragukan lagi, dialah tempat bertanya yang terakhir mengingat statusnya saat Olimpiade lalu adalah maniak Matematika.
Esoknya, Ahmad cerita.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ahmad : Kemaren itu Feb, saya ngobrol dengan Niar sampai jam 12 malem lah. Gak kerasa lagi ngomong sama dia itu, gak belajar jadi saya.
Gw : Iya ya? Terus, gimana pertanyaan monyet itu?
Ahmad : Kata dia ya,"Oh, itu mah soal final Olimpiade Matematika kemarin. Gampang kok. Maksimumnya 25, minimumnya 6."
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Plak!!!
"Gampang kok."
No comments:
Post a Comment