Adalah sepotong rindu di penghujung kalbu
mengetuk-ngetuk pilu serta sendu
menye-menye melulu.
Adalah sepotong rindu di penghujung kalbu
yang menuntunmu terharu
mengenang masa lalu,
backsong lagu-lagu.
Adalah sepotong rindu di penghujung kalbu
yang memaksa menyapamu,
"Wahai kawanku...
Akankah kita bertemu?"
2nd
It's "second", not "seken" XD
Sunday, August 14, 2016
Friday, June 24, 2016
Oh my God!
Dan, posting kita membentang dari sebuah Ramadhan ke Ramadhan yang lain.
Betapa tak menghargainya.
Aku.
Betapa tak menghargainya.
Aku.
Dan, hebatnya itu terjadi bukan karena gue sibuk nyari jodoh atau nyari uang.
Atau ngurus sekeripsi. Eyalah apalagi ini yak.
Betapa tak efisiennya.
Aku.
Dan, bila esok datang kembali.
Seperti sedia kala dimana kau bisa bercanda.
Dan, perlahan kau lupakan.
Aku.
Yes, the last is just "Dan" by Sheila on 7.
Saturday, March 19, 2016
Mutiara Pagi
"...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."
(Q.S. Al Baqarah: 216)
DQR | #MemoaringMode
Dunya! I'm back to you, and still, you are as always. Why has nothing changed? Ckckck.
Kau pertemukan kami karena cinta pada Kalam yang sama,
Teringat pada dedebuan rumah yang begitu tebalnya pun sapu lemah yang tak mampu membawanya, hingga semakin lelah raga dibuatnya. Teringat pada percakapan renyah (please read: garing) mengenai rumah Fatimah; yang walaupun berujung titik cerah, tetap saja letaknya belum terjamah. Teringat pada rencana renovasi berat badan yang luntur hilang saat berbungkus-bungkus nasi padang melenggang ke ruangan. Teringat pada perangkat ke-Amir-an yangcantik, pintar, rajin menabung, berpostur ideal, peka dan ringan tangan. Sholihah beud dah kalian; semoga dapet jodoh idaman (yuuuk aamiin-kan XD).
Teringat pada dedebuan rumah yang begitu tebalnya pun sapu lemah yang tak mampu membawanya, hingga semakin lelah raga dibuatnya. Teringat pada percakapan renyah (please read: garing) mengenai rumah Fatimah; yang walaupun berujung titik cerah, tetap saja letaknya belum terjamah. Teringat pada rencana renovasi berat badan yang luntur hilang saat berbungkus-bungkus nasi padang melenggang ke ruangan. Teringat pada perangkat ke-Amir-an yang
Kau satukan kami atas dasar impian yang sama: menjadi anggota keluarga-Mu dengan segala keistimewaannya.
Teringat oleh usaha sakit hati membangunkan manusia jam 2 dini hari, yang umumnya hanya berbalas sepi, tanggapan sok peduli "hmmm" yang mungkin saja merupakan bagian dari mimpi, atau... perbaikan posisi, agar tidur makin berarti. Teringat oleh es semangka seember yang segernya nyesss dari mata sampai leher. Teringat oleh makhluk yang menolak ganti baju berhari-hari, menuai protes sana-sini namun tetap tak sadar diri. Teringat oleh Azka yang selalu tersenyum tanpa kata tiap kali digoda, entah kode kecewa atau malah suka.
Teringat oleh usaha sakit hati membangunkan manusia jam 2 dini hari, yang umumnya hanya berbalas sepi, tanggapan sok peduli "hmmm" yang mungkin saja merupakan bagian dari mimpi, atau... perbaikan posisi, agar tidur makin berarti. Teringat oleh es semangka seember yang segernya nyesss dari mata sampai leher. Teringat oleh makhluk yang menolak ganti baju berhari-hari, menuai protes sana-sini namun tetap tak sadar diri. Teringat oleh Azka yang selalu tersenyum tanpa kata tiap kali digoda, entah kode kecewa atau malah suka.
"Selalu, tak terlupakan, menyulapku menye-menye menyedihkan.Selalu, indah, memaksaku terperangah dan terjatuh kalah.Selalu, melulu, memendamkan kalbuku rindu.Selalu, Ramadhan, begitu."
Friday, January 1, 2016
Nostalgic Shock
Ketika diri ini dibuat sadar, bahwa yang selalu hadir kini tak terlihat lagi rimbanya, bahwa yang senantiasa mengajak tertawa tak tampak lagi di mata, bahwa rekan-rekan seperjuangan-berdarah-lima-tahun telah pergi menjemput masa depan masing-masing, menjauhi titik yang mempertemukan kita, aku tepekur. Di siang bolong, dibuat rindu sedikit sendu. Bersama ijazah PROPTI di tangan, lengkaplah sudah jejak-jejak konyol memenuhi kepala. And, sebagaimana selanjutnya, aku yang menye-menye mulai mengulang satu demi satu kronologi. Secepat kilat menyambar bumi, secepat itu pulalah kenangan membanjiri memori. Menghanyutkan hati, melarutkan sanubari.
Menancapkan syukur lebih dalam pada Ilahi.
Tiap periode memiliki cerita indahnya sendiri-sendiri. Maka senanglah aku, saat kamera waktuku tak salah memilih albumnya yang baru. Rasa-rasa yang kita cicipi, jadilah semuanya jepretan terbaik sampai hari ini. Proud to be part of you, gays. Percayalah, semalu-maluin apapun itu, selalu ada gue coy, yang berbaik hati tak tahu malu bangga-banggain kalian. Huahahaha.
Terima kasih atas tahun-tahun yang menyusahkan, namun ceria. Terima kasih karena tak henti-hentinya direpotkan; alhamdulillah banyak makanan. Terima kasih juga buat RAN, yang mengiringi kedatangan kalian dengan Pandangan Pertama-nya, dan... kebetulan beud, turut menutup lembaran dongeng kita dengan serangkaian syairnya yang gak nahan:
Aku di sini dan kau di sana
Hanya berjumpa via suara
Namun ku slalu menunggu saat kita akan berjumpa
Hanya berjumpa via suara
Namun ku slalu menunggu saat kita akan berjumpa
Meski kau kini jauh di sana
Kita memandang langit yang sama
Jauh di mata namun kau dekat di hati
Kita memandang langit yang sama
Jauh di mata namun kau dekat di hati
Jarak dan waktu takkan berarti
Karena kau akan selalu di hati
Bagai detak jantung yang kubawa kemanapun kupergi
Karena kau akan selalu di hati
Bagai detak jantung yang kubawa kemanapun kupergi
Meski kau kini jauh di sana
Kita memandang langit yang sama
Jauh di mata namun dekat di hati
Waktu menyatukan, waktu bisa pula memisahkan. Semoga kita tetap dipersatukan, semakin dikokohkan, hingga akhirnya dipertemukan kembali di momen-momen yang lebih tampan. Aamiin.
Sampai jumpa lagi, makhluk-makhluk astral! Jangan lemes mulu, bray! XD
Subscribe to:
Posts (Atom)