Kamu terlahir dalam ikatan pernikahan yang sah. Kamu tidak dibuang ke pinggir-pinggir jalan seperti yang berita-berita televisi tayangkan. Malah ayah dan ibumu membuatkanmu akte kelahiran. Mereka mengasuhmu dengan cinta di waktu kecil dan berharap bisa membanggakanmu ketika sudah dewasa. Kamu anak pertama dan kamu dinomorsatukan. Kamu pun berusaha menjaga nama baik mereka dan senantiasa mendoakan mereka agar mereka diberi umur panjang sehingga kamu sempat berbakti ketika mereka menua.
Kehidupan akademikmu luar biasa. IPK berada pada nominal yang tidak bisa disepadankan dengan miliknya mahasiswa rata-rata. Dengan bangga bisa kamu bilang kalau kamu mendapatkan semuanya dengan jalur yang benar. No cheating. No lobbying. Tanpa paha. Tanpa tepe-tepe. Tanpa mengulang atau SP mundur. Tanpa KKN. Yeah.
Namamu besar dimanapun kamu berada. Para dosen dan staf administrasi jurusan tahu kamu. Guru-guru sekolahmu yang dulu tidak akan mudah melupakanmu. Pegawai dekanat kenal kamu. Bapak kantin kenal kamu. Tukang somay, tukang bakso tusuk, tukang bubur ayam, dan tukang sate padang kenal kamu. Kasir Alfa**rt kenal kamu. Putri bungsunya dosen kenal kamu. Pelajar dari belahan sekolah yang lain kenal kamu. Bahkan penumpang sebuah bus yang domisilinya di Palembang aja kenal kamu.
Teman-temanmu luar biasa. Terkadang mengesalkan, tapi kamu tidak pernah bisa berhenti tertawa bila berada di dekat mereka. Mereka menginspirasimu dengan mimpi-mimpi dan aksi mereka yang hebat. Mereka perhatian, dan kamu memperhatikan mereka. Kamu diingatkan, dan kamu dengan senang hati mengingatkan mereka. Kamu menjadi pendengar yang baik, dan mereka mendengarkan kamu. Mereka paham bagaimana kamu, dan kamu paham bagaimana mereka. Kamu jujur, mereka jujur, walaupun saat kamu diam, mereka kepo. Mereka berbagi sehingga kamu berani membagi. Mereka sempurna untukmu, dan kamu cukup untuk mereka.
Kamu punya para junior yang tidak hanya menghormatimu, tapi juga menyayangimu. Yang menyapa kamu dengan senyum dan nada bicara tidak kaku. Yang kamu anggap setara denganmu dan tidak pernah kamu rendahkan.
Juga para senior yang selalu bersedia mengajari apa yang tidak kamu tahu. Yang sedang frustasi dengan skripsinya masing-masing tapi tidak pernah marah bila kena kongek olehmu. Yang kamu kagumi kemampuannya dan kamu andalkan.
Aliran hartamu insya Allah tidak akan pernah putus. Kalaupun memang terjadi bencana seperti itu, itu tidak akan sangat lama. Karena kamu tahu caranya untuk membuat kantongmu selalu tebal. Karena kamu mampu untuk membuat kantongmu selalu tebal. Karena sebenarnya ada keluarga di sana yang masih menopang hidupmu walaupun kantong mereka tidak selalu tebal. Yang sesungguhnya tidak kaya namun kamu tetap bisa makan, tetap bisa menikmati tidur di dalam rumah hunian, tetap bisa isi bensin, tetap bisa isi pulsa, dan tetap bisa nonton tipi. Yang sebenarnya tidak mampu untuk membuat sumur bor namun kamu tetap bisa minum, tetap bisa mandi, tetap bisa nyuci, dan tetap bisa buang air. Kamu tidak sampai harus tayammum karena tetap bisa wudhu.
Kamu tidak atheis. Kamu tahu siapa yang harus kamu sembah dan paham bagaimana cara menyembah-Nya. Kamu menyayangi-Nya dan selalu berharap agar Dia juga menyayangimu. Kamu ingin Dia selalu dekat dan alhamdulillah segera tersadar jika Dia ternyata menjauh. Kamu meminta pada-Nya saat kamu sulit, dan Dia menenangkanmu dalam kesulitanmu.
Kamu senang menjadi dirimu sendiri. Kamu tidak pernah menyesal terbentuk menjadi perfeksionis. Kamu tidak pernah menyesal kalau sampai sekarang masih juga idealis. Kamu menyukai apa yang kamu lakukan dan kamu mengerjakan segalanya dengan total. Kamu menghargai, mematuhi, dan memegang teguh setiap filosofi dan prinsip hidupmu. Kamu terus memperbaiki diri, tidak cepat puas namun senantiasa bersyukur, dan berlari sejauh-jauhnya dari sikap sombong. Bagimu, hidupmu yang terbaik. Se-lebih-baik apapun hidup orang lain, kamu tetap yakin, hidupmu tetap yang terbaik untuk dirimu.
Hatimu damai, tenang, dan tidak galau, insya Allah dalam waktu yang lama. Kamu sudah stabil. Tidak lagi ababil, meskipun banyak keadaan yang mencoba memaksamu kembali ababil.
Kamu bahagia. Mungkin benar kamu tidak mendapatkan apa yang selama ini kamu idam-idamkan, tapi ternyata Tuhan melihatmu dari kejauhan, kemudian menghadiahimu dengan pilihan-Nya. Kalau sudah begitu, apa ada lagi rencana lain yang lebih pantas?
Maka, nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan, wahai Aku???
No comments:
Post a Comment