Fuh…
Mungkin emang cuma itulah yang selalu keluar dari mulut gua pertama kali setiap selesai latihan LCT. Layaknya ungkapan kebebasan dari jiwa seorang anak muda yang baru saja lolos dari ganasnya himpitan kehidupan yang mendera. Tiba-tiba hati ini rasanya sanggup untuk bertahan hidup 1000 tahun lamanya (hahaha). Fantasi jam 5 sore bergantian berkelebat di kepala, membawa diri ini berimajinasi kalau dunia adalah seorang kekasih yang telah menunggu lama di pintu gerbang sambil bilang,”Ayo pulang, Sayang…”
Memoar hitam-putih Agustusan 2009,
Entah bagaimana sejarahnya atau dari mana awalnya. Yang jelas, ga ada gempa ataupun kenaikan harga, saat gua sadar, tiba-tiba aja gua udah nyasar ke yang namanya tim LCT SMANDA. Yang gua tahu, waktu itu gua dateng ke lab kimia, planga-plongo gak tau apa-apa kayak orang dusun yang baru pertama kali dateng ke kota ; mana gua eksis sendiri agaknya dengan baju osis sementara yang laen udah pake almamater ; terus tiba-tiba Pak Hendra dateng, dan tanpa banyak bicara, kita langsung dijejelin soal-soal fisika sebanyak-banyaknya. Weh, apa ini???! Kayak ada bom atom yang waktu itu sukses menghancurleburkan Hiroshima dan Nagasaki, dan sekarang bom atom yang sama agaknya sedang dijatuhkan bertubi-tubi ke otak gua yang mungil ini. BUM!!! Rasanya gua jadi orang paling bego ya karena gak bisa jawab apa-apa (PS. Jujurlah walau itu menyakitkan). Di pikiran gua waktu itu : kapan kita berenti dan pulang, makan sampe kenyang, lalu tidur nyenyak, terbuai dalam mimpi yang panjang? Kapan? Kapan? Kapaaaaaan??? Hahaha. Sayangnya, jeritan hati gua gak pernah terlaksana. Akhirnya yang ada cuma begitu-begitu aja sampe kehidupan gua yang seterusnya. Dengan terpaksa, di kumpulan inilah gua merangkai kisah cinta paling romantis sedunia yang abadi selamanya dengan MIPA.
So swiiiiiiit…
Lab kimia, lab multimedia, lab kimia, lab multimedia, lab kimia, lab multimedia lagi. Semua kegiatan sakral per-LCT-an agaknya berpusat di dua titik keramat itulah. Tapi, kalo udah masuk lab multi, beberapa anak lebih mengutamakan Si Kiri dengan “online gratis”nya daripada mikirin latihan LCT yang notabene cuma bikin pusing doang. Termasuk gua sendiri yang langganan menyerahkan urusan matematika-fisika-kimia pada Atma dan Okta dan mulai bertindak pas ada biologi aja (hahaha). Jurus Maut Bersenang-Senang di Lab Multimedia : dengan pinternya milih kursi paling belakang, meminimalisir setiap gerakan, mengucilkan diri dari pandangan, lalu mulai dengerin musik sambil internetan ; ga selesai-selesai dan ga ketahuan sampe jamnya pulang, hingga beberapa saat kemudian keluar dari persembunyian dan ikutan pulang juga dengan hati penuh kepuasan. Whahahahaha. Eh, sumpah, tapi gua ga pernah ya yang namanya ngelakuin begituan. Walaupun emang gua selalu ga niat ngedengerin Pak Muji, Pak Panto, Bu Natali, Bu Rita, atau Pak Pay pas lagi koar-koar, tapi sebagai siswa yang baik dan tahu aturan serta selalu membina hubungan baik dengan sesama manusia dan peduli pada alam, gua selalu mengikuti jalannya acara dari awal sampe akhir kan? (ah masa’? sumpah lo???)
Dinding pertama : Dari Unila Sampai STKIP PGRI.
Demi mencari kombinasi terhebat yang teruji kualitasnya, kita harus menjalani suatu kegiatan yang sebenernya bertentangan dengan realita yang penuh norma, yang sesungguhnya punya potensi yang super membahayakan untuk sistem reproduksi kita, yaitu GONTA-GANTI PASANGAN. Hahaha. Dalam hal ini, bisa diliat kalo teori seleksi alam Darwin bener-bener mendominasi. Yang kuat akan tetap bertahan, sementara yang lemah akan punah. Cuma bedanya, di sini berlaku “yang kuat akan tetap bertahan, sementara yang lemah akan terdepak”. Yoi. Tim LCT SMANDA bisa dipandang sebagai sebuah drama kecil penuh sensasi tentang depak-mendepak. Atau bisa juga dipandang sebagai konser sakit hati penuh gengsi. Mau bukti? Mulai dari tim inti pertama : Gua-Iyan–Okta yang terbentuk atas prakarsa Pak Hendra. Sayang, kejayaan tim ini hanya berlangsung kira-kira selama 4 hari (atau kurang? Ga taulah, ga inget gua). Setelah menanggung malu akibat kalah 1000-1100 dari tim-yang-anggotanya-tak-perlu-disebut-namanya, keesokan harinya, dengan gantengnya Pak Hendra memasukkan adam dan mendepak Okta ke laut nun jauh di sana. Jadilah tim inti yang kedua : Adam-Gua-Iyan.
Tapi (lagi), umur tim yang kedua ini pun gak jauh beda dengan yang pertama. Berawal dari om Ihsan Fadilah yang tiba-tiba datang dan merebut kursi singgasana tim utama ; menyingkirkan gua, dan seperti kasus Okta, membuat gua terbang melayang ke laut nun jauh di sana. Cuma bedanya, kalo Okta jatuh ke laut tanpa perlawanan apa-apa, maka gua sebaliknya, jadi bintang penuh cahaya yang tak pernah terkalahkan sinarnya dan akan terus menghiasi langit-langit dunia sampai akhir masa (bisa kutebak reaksi kalian : mengerutkan dahi sambil bilang dalem hati,”ampun, gua butuh kantong muntah!”). Hahahaha (maklum, lagi terjangkit virus narsis).
Sebagai salah satu korban pendepakan, kalo mau jujur, ada sedikit rasa sakit di hati ini, apalagi pas inget kalo gua dilempar tepat sehari sebelum LCT Unila. Bukan siapa-siapa yang akan gua salahkan, melainkan diri gua sendiri ; karena sesuai prinsip seleksi alam Darwin : yang lemah akan terdepak ; maka gua menganggap alasan terdepaknya diri gua memang karena gua sendiri yang lemah (ngaku kalo emang lemah). Well, gua terima semuanya karena memang beginilah persaingan. Tapi, siapa yang ngira kalau takdir malah membawa gua ke dua manusia lainnya yang tanpa disangka mampu menyadarkan gua kalo LCT itu ternyata seru juga : Atma sama Okta. Sebelumnya, gua mau bilang thanks a lot dulu ke kalian berdua, karena bareng lo berdua lah gua ngerasain kemenangan pertama. Bareng lo berdua juga gua nyicipin kekmana rasanya kalo udah berhasil menggapai cita-cita. Sejujurnya, kalo boleh cerita--ini khusus buat Adam-Ihsan-Iyan ya—pas libur lebaran, kami ini (gua-Atma-Okta) telah mendeklarasikan perang tersembunyi kepada kalian. Kalo mau tau deklarator sejatinya sih ya gua, karena gua lah yang sms pagi-pagi ke Atma sama Okta yang isinya : mulai hari ini, cita-cita tim kita adalah MENGALAHKAN TIM INTI. Sebenernya, ini rahasia perusahaan yang harusnya jadi punya gua, Atma, sama Okta aja lho. Yah, tapi tu dua orang juga gak bakal keberatan agaknya walaupun gua ekspos sekarang (ya gak?) => sekarang mah kita jujur-jujuran aja. Hahaha. Hingga akhirnya, apa yang awalnya cuma angan-angan biasa, ternyata terwujud juga. Apa yang mulanya cuma sms seharga 150 perak, tapi pas final LCT STKIP, udah jadi piala dan predikat jawara. Wah. Walaupun kita bertiga sadar kalo ada faktor keberuntungan ; tapi kata orang bijak : keberuntungan itu juga merupakan bagian dari kekuatan seseorang ; jadi, bagi pihak yang kalah diharap untuk ikhlas dan berlapang dada untuk mengakui sepenuh hati kalau penyebab kekalahan kalian murni berdasarkan faktor perbedaan kemampuan.
(kesannya menyombongkan kelompok sendiri ya? Ya mau gimana lagi, gua yang nulis ini, ya suka-suka gua lah. Hahaha [penuh perspektif sepihak])
Untuk Adam-Ihsan-Iyan : gantian ya, kawan. Setelah LCT Unila jadi milik kalian, untuk kali ini (gua rasa) Tuhan bener-bener membuktikan ke-Maha-Adil-annya. Ini hanya persaingan biasa yang tidak boleh memunculkan dendam apapun hasilnya. Kita begini buat SMANDA. Atas nama SMANDA. Haha. Peace!
Terakhir untuk Atma dan Okta : senang bisa berpasangan dengan kalian berdua sampai akhir, kawan.
Dinding kedua : Nano-Nano dari Bogor
Menjelang petualangan season ke-2 ini, Ihsan lebih memilih untuk mendepakkan dirinya sendiri secara sukarela dan menghilang dari peradaban per-LCT-an. Tentunya sepasang yang tertinggal harus mencari kawan baru dong sebagai penutup lubang, dan akhirnya pilihan pun jatuh ke makhluk baru (sebenernya ga baru-baru amat) yang kita panggil Rengge. Tapi, sebenernya gak cuma tim kalian lah yang mengalami masalah internal. Tim gua juga awalnya terancam kehilangan satu orang ; gara-gara mbak Atma banyak tingkah dan sok-sok mau mengkhianati ikatan persatuan sesama rekan setim dengan gak mau ikutan LCTIP disertai sejuta alasan. Tapi akhirnya, setelah dibeliin mobil, dia luluh juga dan mau ikutan (ha? Mobil? Hahaha). Untuk tapi yang kesekian kalinya lagi, ternyata masalah gak selesai sampe di situ aja. Tiba-tiba aja gua kehilangan aura positif (alah, aura positif…) yang memaksa gua merubah haluan dan menuntun pikiran gua untuk mengikuti jejak Ihsan. Sampe sekarang pun gua gak bisa mendefinisikan penyebab detilnya apa, tapi berkat “pesona” Bu Siho plus janji lulus UN dan masuk FKUI secara instan (janji apaan tuh? Emang ada ya?!), gua pun kembali ke jalur yang ada dan bergabung lagi bersama rekan-rekan sejawat yang telah menunggu di sana.
Memoar hitam-putih awal November 2009,
Pada suatu hari, ada 6 orang anak bernama Adam, Atma, Febra, Iyan, Rengge, dan Okta. Mereka berenam adalah teman satu sekolahan dan sekarang sedang bersiap-siap untuk pergi ke Bogor dalam rangka mengikuti LCT Ilmu Pangan di IPB. Mereka berenam didampingi oleh Bu Siho dan Pak Musa yang dua-duanya merupakan guru bidang studi Kimia di SMANDA. Delapan orang ini menaiki sebuah mobil dengan Pak Musa sebagai supirnya. Tapi, sebelum berangkat, Atma berpamitan terlebih dahulu ke teman-teman sekelasnya ; dan entah kenapa Adam juga ikut-ikutan ke kelas Atma, padahal kelas Adam sendiri tepat di samping kelasnya Febra ; sedangkan kelasnya Febra sendiri jaraknya seperti langit dan bumi dengan kelasnya Atma. Katanya si Atma (Atma lho…), kang Adam sepertinya hendak bertemu dengan neng Hesty (suara latar : suit-suit)
(aduh, kenapa gaya karangannya jadi kayak pas jaman gua SD dulu ya? Hahaha)
Perjalanan awal ke Bogor pertamanya biasa aja. Tenang tanpa keributan. Paling yang ada cuma kongek-kongekan ringan seperti menukar kata-kata “tempat makan” menjadi “makan tempat” untuk menyinggung si Rengge yang agaknya emang makan tempat beneran (haaa… itu Iyan yang ngomong! Bukan gue!). Tapi, mulai masuk malem, entah karena hawa pulau Jawa atau gara-gara ujan yang derasnya gak kira-kira (memori sial Iyan : jaketnya basah gara-gara kerjaan sesatnya Adam. Hahaha), beberapa orang sepertinya kehilangan sisi warasnya dan akhirnya mulai bertingkah gila. Gak beberapa sih, cuma tiga kepala kok yang mulai agak-agak. Yah, siapa lagi kalo bukan Iyan, Febra, dan Atma? Sebenernya sih, kalo mau dicari pemicunya ya si Febra. Dimulai dari ngebahas kaleng kerupuk yang tulisannya BAHAGIA (haha, kerupuk BAHAGIA…) sampe bikin hidangan langka sepanjang masa yang belum pernah ada di dunia : gelas diisi tisu banyak-banyak terus kasih saos di atasnya (kayaknya gak cuma tisu sama saos deh. Ada yang laen, tapi gua lupa [ngapain juga isi gelas itu diinget-inget?]). Voilaaaa!!! Hahaha. Belom lagi si Adam dengan Rengge yang apes tapi kenyang. Ga puas dengan makanan berjamur, mie ayam akhirnya disikat juga. Plus bakso juga gak sih? Gak taulah. Cuma Tuhan sama perut itulah yang tahu pastinya. Yang jelas, yang paling banyak ngabisin dana buat makan waktu itu tak lain dan tak bukan serta tak disangsikan lagi ya kalian berdua.
Jam sebelas malem akhirnya sampe di Amarilis dengan selamat dunia akhirat. Menurut gua sih bener-bener selamat, karena gua berhasil menahan pipis sampe akhirnya gua berjumpa dengan kamar mandi. Sepanjang jalan abis makan itu bawaannya gak nyaman aja gara-gara kontraksi distal uretra yang memberontak di luar pengendalian ; mencoba cari posisi paling enak karena jadi pengen ikutan tepar gara-gara ngeliat semuanya udah pada tewas, tapi tetep aja gak bisa. Ah siaaaaaaaaaaaalll!!! Akhirnya gua sadar kalo penderitaan paling kejam sedunia itu bukan karena gak lulus SMA atau gak kuliah dimana-mana, melainkan nahan pipis! Rasanya kayak punya perasaan suka sama seseorang tapi gak berani mengungkapkannya (apa sih? Analoginya jauh bener). Tapi siapa yang nyangka kalo orang di samping gua ternyata merasakan hal yang sama. Diem-diem aja, eh ternyata ngincer WC juga. Alhasil, begitu sampe di Amarilis, gua sama Okta langsung lari-lari kayak orang kesurupan ke toilet lantai 2 buat memenuhi “hajat hidup orang banyak”. Hahaha.
Besoknya, life-paper kami warnanya hitam.
Ga usah ditanya dan ga usah dijelasin panjang lebar. Intinya, kami langsung tersingkir di babak penyisihan. Untuk urusan tes tertulis okelah, tapi agaknya dewi fortuna mulai meninggalkan anak-anak SMANDA pas udah mulai masuk ke sesi LCT-nya. Tim gua kalah 100 poin dari D*n B*sco gara-gara si Escherichia coli ; timnya Adam lebih parah lagi, kalah 50 poin dari S**pong gara-gara lidahnya Adam kepeleset oli. Mungkin lidahnya Adam kepeleset gara-gara salah makan nasi jamur kemaren. Gak taulah. Emang karena faktor genetik kali’ lidahnya Adam jadi liar begitu. Atau mungkin dia sengaja memplesetkan lidahnya sendiri buat cari sensasi dan memunculkan kontroversi? Hahaha. Kok agaknya gua mengekspos Adam doang ya? Jangan salahkan gua. Kekonyolan terbesar hari itu ya sumbernya si Adam. Jadi, jangan salahkan siapa-siapa kalo Adam jadi ngartis di note ini gara-gara lidahnya.
Dengan maksud mengobati kesal karena kekalahan yang menyakitkan akibat Escherichia coli berlidah (haha), malemnya kita keluar lumayan jauh buat makan. Sekali lagi, kepala beberapa anak mulai agak-agak pas udah menghadapi yang namanya makanan. Sebenernya gak beberapa sih, cuma tiga orang, dan lagi-lagi tiga-tiganya adalah orang yang sama dengan pemicu yang sama pula. Kalo kemaren tisu dan saos dalem gelas, sekarang terciptalah kreasi santapan yang lebih gak jelas dengan acar. Gak taulah komposisinya apa aja, yang jelas orang normal dan waras ga akan pernah mau makan makanan begituan. Parahnya, kegilaan tiga orang ini berlanjut bahkan sampe perjalanan pulang. Dengan begonya, gua, Atma, sama Iyan ngebahas plat mobil yang nongol satu-satu di jalan. GT = Ga Tengik ; BT = Belum Tengik ; ST = Sudah Tengik. Apa sih? Rasanya kursi belakang itu jadi RSJ mini dengan tiga orang stres di dalemnya. Agaknya atmosfer Bogor berhasil menyelundupkan sepaket bakteri Pseudomonas cocovenenans ke dalem lobus otak sehingga kita bertiga jadi kayak tempe bongkrek keracunan.
Sakit hati di LCTIP belum terobati, ternyata dunia dengan baik hati menambah penderitaan diri dengan kegagalan di Pesta Sains. Finish di peringkat 23 ternyata bener-bener gak cukup buat masuk ke babak selanjutnya. Yang cukup beruntung ya si Iyan yang bisa lolos ke semifinal, tapi akhirnya kandas juga dan gagal ke final. Si Okta tambah aneh lagi ; seharian menjauh dari kehidupan karena agaknya takut kena semprot sama Bu Rita. Hahaha. Masih inget banget lah gua pas kita belajar (baca : maenan) bareng-bareng di lantai 3, ngeliatin Iyan yang disiksa gak beradab sama Adit Cina, ketawa-ketawa gila pas di gedung GWW sampe-sampe salah satu mbak-mbak panitianya cuma bisa geleng-geleng kepala, terus nyorakin Bu Rita bareng-bareng pas pengumuman Guru Teladan, eh taunya dapet beneran. SMANDA setidak-tidaknya bisa bawa pulang satu gelar lah, walaupun harus keilangan satu piala besar…
Meskipun ketidakberuntungan datang berturut-turut, masih ada satu pelajaran yang bisa dipetik dari kerasnya kehidupan. Mungkin bener kalo IPB adalah Institut Pembuat BT yang selalu ngejengkelin dari awal sampe akhir, tapi di IPB lah gua dibuat mengerti kenapa kita harus menghargai sebuah keberhasilan. Tuhan menganugerahkan kita kegagalan biar bisa belajar dari tumpukan kesalahan, kemudian mengevaluasi dan memperbaikinya untuk kemajuan di masa depan. Ga ada gagal, ga ada juga kemudahan hidup yang kita rasakan sekarang. Yang penting adalah niat buat berjuang. Yah, yang jelas, jangan takut lah buat gagal. Selama masih punya niat, jangan pernah berhenti buat mencoba. Tuhan akan ngasih balasan yang setimpal kok buat hamba-hambaNya yang udah berusaha.
So, tim LCT SMANDA generasi 2010/2011, berusahalah untuk menjinakkan IPB di tahun 2010 ini ya. Bawa pulang kembali apa yang seharusnya emang patut dibawa pulang ; dan buatlah kakak-kakak alumni ini tersenyum bangga karena prestasi kalian.
Dinding yang tak disangka-sangka akan menghadang : LCT THP Unila.
Sebenernya, yang satu ini gak pernah kepikir di kepala. Cuma aja, gara-gara inilah, kita-kita yang kelas 3 ini gak jadi ikut LUN I Kimia dan divonis TIDAK LULUS karena salah satu bidang studi gak ada nilainya. Hahaha. Tapi, sebagai dinding terakhir buat angkatan 2009/2010, bagi gua ini adalah sebuah LCT perpisahan yang kesannya menantang banget karena lawannya emang ngotot-ngotot walaupun ada yang statusnya 'adek kelas'. Sempet kaget pas Adam dkk. takluk di tangan Al-Kautsar, tapi akhirnya dendam kalian terbalas kan lewat tangan kami yang kesemutan mencet bel terus-terusan? Seneng kan kalian ngeliat muka mereka jadi ikut-ikutan kesemutan gara-gara menelan kekalahan? Haha. Dari lubuk hati yang terdalam kawan, sebetulnya pengen banget deh posisi jawara bisa diisi sama dua tim sekaligus, jadi kita juara I nya barengan. Biar di akhir, kita semua bisa seneng tanpa beban, gak ada yang ngerasa hebat dan gak ada juga yang ngerasa minder atau bahkan dendam kesumat karena gagal jadi The Number One. Tapi ga mungkin lah, kecuali tu LCT gua yang bikin. Jadi, relakan saja gelar juara tidak penting ini buat gua-Atma-Okta ya? Toh, sama-sama dapet sertifikat ini, selisih kita dapet duitnya juga cuma gopek kok (Gopek tambah nol dua di belakangnya [ah, apalah arti nol? Dalem matematika, nol itu artinya gak ada nilai kan? Jadi bisa dianggap kalo kita ini dapet nominal yang setara] Hahaha).
Terakhir,
Ayo bicarakan keisengan terbesar tentang tim LCT.
Dimulai dari Aul yang bilang : katanya ada anak SBI 1 yang gak lulus.
Dari sanalah pikiran licik berawal. Hingga terciptalah Jaringan Pembohong LCT (JPL) yang sukses berat dalam usaha pertamanya menipu seseorang (untuk ASR, maaaaaaafff banget). Untuk FA, CTN, AP, MM, dan AF (eh, inisial nama gua sama Aul tinggal dibalik aja ya? [ga penting]) , terima kasih atas partisipasinya, ya. Kita memang temen senasib seperjuangan deh! (coba si OD ngomong, pasti gua ajakin ikutan juga) Senang bekerja sama dengan kalian! Gak akan gua lupakan tawa keras menggema di udara pas malem Minggu itu. Rasanya hari jadi makin indah dan berwarna gara-gara ngebayangin "piiiiip" (nama disensor untuk menjaga citra baik) kelabakan nelponin semua orang dan ngeganggu mereka dengan segudang pertanyaan yang penuh nada ketakutan (dia ketakutan, kita tertawa. Hah! Jahat ya? [sekali-sekali jahat itu gak papa kok. Hidup ini udah penuh kebohongan, jadi ditambah dengan sedikit kebohongan lagi gak akan berpengaruh apa-apa. Hahaha] => berusaha memaklumi kejahatan yang telah terlanjur dilakukan) Bahagia dunia akhirat gua karena berhasil balas dendam dengan telak! Hahaha. Kalian emang calon-calon pembohong besar dunia yang bakal dibanggain oleh bangsa Indonesia! Lain kali, kalau ada kesempatan, akan kita pergunakan untuk membohongi ASR-ASR yang lainnya, ya. Keep contact, teman! Tetaplah berulah! Hahaha.
Sukses selalu,
junjung tinggi nama SMANDA di belahan bumi bagian manapun kalian berada.
Mungkin emang cuma itulah yang selalu keluar dari mulut gua pertama kali setiap selesai latihan LCT. Layaknya ungkapan kebebasan dari jiwa seorang anak muda yang baru saja lolos dari ganasnya himpitan kehidupan yang mendera. Tiba-tiba hati ini rasanya sanggup untuk bertahan hidup 1000 tahun lamanya (hahaha). Fantasi jam 5 sore bergantian berkelebat di kepala, membawa diri ini berimajinasi kalau dunia adalah seorang kekasih yang telah menunggu lama di pintu gerbang sambil bilang,”Ayo pulang, Sayang…”
Memoar hitam-putih Agustusan 2009,
Entah bagaimana sejarahnya atau dari mana awalnya. Yang jelas, ga ada gempa ataupun kenaikan harga, saat gua sadar, tiba-tiba aja gua udah nyasar ke yang namanya tim LCT SMANDA. Yang gua tahu, waktu itu gua dateng ke lab kimia, planga-plongo gak tau apa-apa kayak orang dusun yang baru pertama kali dateng ke kota ; mana gua eksis sendiri agaknya dengan baju osis sementara yang laen udah pake almamater ; terus tiba-tiba Pak Hendra dateng, dan tanpa banyak bicara, kita langsung dijejelin soal-soal fisika sebanyak-banyaknya. Weh, apa ini???! Kayak ada bom atom yang waktu itu sukses menghancurleburkan Hiroshima dan Nagasaki, dan sekarang bom atom yang sama agaknya sedang dijatuhkan bertubi-tubi ke otak gua yang mungil ini. BUM!!! Rasanya gua jadi orang paling bego ya karena gak bisa jawab apa-apa (PS. Jujurlah walau itu menyakitkan). Di pikiran gua waktu itu : kapan kita berenti dan pulang, makan sampe kenyang, lalu tidur nyenyak, terbuai dalam mimpi yang panjang? Kapan? Kapan? Kapaaaaaan??? Hahaha. Sayangnya, jeritan hati gua gak pernah terlaksana. Akhirnya yang ada cuma begitu-begitu aja sampe kehidupan gua yang seterusnya. Dengan terpaksa, di kumpulan inilah gua merangkai kisah cinta paling romantis sedunia yang abadi selamanya dengan MIPA.
So swiiiiiiit…
Lab kimia, lab multimedia, lab kimia, lab multimedia, lab kimia, lab multimedia lagi. Semua kegiatan sakral per-LCT-an agaknya berpusat di dua titik keramat itulah. Tapi, kalo udah masuk lab multi, beberapa anak lebih mengutamakan Si Kiri dengan “online gratis”nya daripada mikirin latihan LCT yang notabene cuma bikin pusing doang. Termasuk gua sendiri yang langganan menyerahkan urusan matematika-fisika-kimia pada Atma dan Okta dan mulai bertindak pas ada biologi aja (hahaha). Jurus Maut Bersenang-Senang di Lab Multimedia : dengan pinternya milih kursi paling belakang, meminimalisir setiap gerakan, mengucilkan diri dari pandangan, lalu mulai dengerin musik sambil internetan ; ga selesai-selesai dan ga ketahuan sampe jamnya pulang, hingga beberapa saat kemudian keluar dari persembunyian dan ikutan pulang juga dengan hati penuh kepuasan. Whahahahaha. Eh, sumpah, tapi gua ga pernah ya yang namanya ngelakuin begituan. Walaupun emang gua selalu ga niat ngedengerin Pak Muji, Pak Panto, Bu Natali, Bu Rita, atau Pak Pay pas lagi koar-koar, tapi sebagai siswa yang baik dan tahu aturan serta selalu membina hubungan baik dengan sesama manusia dan peduli pada alam, gua selalu mengikuti jalannya acara dari awal sampe akhir kan? (ah masa’? sumpah lo???)
Dinding pertama : Dari Unila Sampai STKIP PGRI.
Demi mencari kombinasi terhebat yang teruji kualitasnya, kita harus menjalani suatu kegiatan yang sebenernya bertentangan dengan realita yang penuh norma, yang sesungguhnya punya potensi yang super membahayakan untuk sistem reproduksi kita, yaitu GONTA-GANTI PASANGAN. Hahaha. Dalam hal ini, bisa diliat kalo teori seleksi alam Darwin bener-bener mendominasi. Yang kuat akan tetap bertahan, sementara yang lemah akan punah. Cuma bedanya, di sini berlaku “yang kuat akan tetap bertahan, sementara yang lemah akan terdepak”. Yoi. Tim LCT SMANDA bisa dipandang sebagai sebuah drama kecil penuh sensasi tentang depak-mendepak. Atau bisa juga dipandang sebagai konser sakit hati penuh gengsi. Mau bukti? Mulai dari tim inti pertama : Gua-Iyan–Okta yang terbentuk atas prakarsa Pak Hendra. Sayang, kejayaan tim ini hanya berlangsung kira-kira selama 4 hari (atau kurang? Ga taulah, ga inget gua). Setelah menanggung malu akibat kalah 1000-1100 dari tim-yang-anggotanya-tak-perlu-disebut-namanya, keesokan harinya, dengan gantengnya Pak Hendra memasukkan adam dan mendepak Okta ke laut nun jauh di sana. Jadilah tim inti yang kedua : Adam-Gua-Iyan.
Tapi (lagi), umur tim yang kedua ini pun gak jauh beda dengan yang pertama. Berawal dari om Ihsan Fadilah yang tiba-tiba datang dan merebut kursi singgasana tim utama ; menyingkirkan gua, dan seperti kasus Okta, membuat gua terbang melayang ke laut nun jauh di sana. Cuma bedanya, kalo Okta jatuh ke laut tanpa perlawanan apa-apa, maka gua sebaliknya, jadi bintang penuh cahaya yang tak pernah terkalahkan sinarnya dan akan terus menghiasi langit-langit dunia sampai akhir masa (bisa kutebak reaksi kalian : mengerutkan dahi sambil bilang dalem hati,”ampun, gua butuh kantong muntah!”). Hahahaha (maklum, lagi terjangkit virus narsis).
Sebagai salah satu korban pendepakan, kalo mau jujur, ada sedikit rasa sakit di hati ini, apalagi pas inget kalo gua dilempar tepat sehari sebelum LCT Unila. Bukan siapa-siapa yang akan gua salahkan, melainkan diri gua sendiri ; karena sesuai prinsip seleksi alam Darwin : yang lemah akan terdepak ; maka gua menganggap alasan terdepaknya diri gua memang karena gua sendiri yang lemah (ngaku kalo emang lemah). Well, gua terima semuanya karena memang beginilah persaingan. Tapi, siapa yang ngira kalau takdir malah membawa gua ke dua manusia lainnya yang tanpa disangka mampu menyadarkan gua kalo LCT itu ternyata seru juga : Atma sama Okta. Sebelumnya, gua mau bilang thanks a lot dulu ke kalian berdua, karena bareng lo berdua lah gua ngerasain kemenangan pertama. Bareng lo berdua juga gua nyicipin kekmana rasanya kalo udah berhasil menggapai cita-cita. Sejujurnya, kalo boleh cerita--ini khusus buat Adam-Ihsan-Iyan ya—pas libur lebaran, kami ini (gua-Atma-Okta) telah mendeklarasikan perang tersembunyi kepada kalian. Kalo mau tau deklarator sejatinya sih ya gua, karena gua lah yang sms pagi-pagi ke Atma sama Okta yang isinya : mulai hari ini, cita-cita tim kita adalah MENGALAHKAN TIM INTI. Sebenernya, ini rahasia perusahaan yang harusnya jadi punya gua, Atma, sama Okta aja lho. Yah, tapi tu dua orang juga gak bakal keberatan agaknya walaupun gua ekspos sekarang (ya gak?) => sekarang mah kita jujur-jujuran aja. Hahaha. Hingga akhirnya, apa yang awalnya cuma angan-angan biasa, ternyata terwujud juga. Apa yang mulanya cuma sms seharga 150 perak, tapi pas final LCT STKIP, udah jadi piala dan predikat jawara. Wah. Walaupun kita bertiga sadar kalo ada faktor keberuntungan ; tapi kata orang bijak : keberuntungan itu juga merupakan bagian dari kekuatan seseorang ; jadi, bagi pihak yang kalah diharap untuk ikhlas dan berlapang dada untuk mengakui sepenuh hati kalau penyebab kekalahan kalian murni berdasarkan faktor perbedaan kemampuan.
(kesannya menyombongkan kelompok sendiri ya? Ya mau gimana lagi, gua yang nulis ini, ya suka-suka gua lah. Hahaha [penuh perspektif sepihak])
Untuk Adam-Ihsan-Iyan : gantian ya, kawan. Setelah LCT Unila jadi milik kalian, untuk kali ini (gua rasa) Tuhan bener-bener membuktikan ke-Maha-Adil-annya. Ini hanya persaingan biasa yang tidak boleh memunculkan dendam apapun hasilnya. Kita begini buat SMANDA. Atas nama SMANDA. Haha. Peace!
Terakhir untuk Atma dan Okta : senang bisa berpasangan dengan kalian berdua sampai akhir, kawan.
Dinding kedua : Nano-Nano dari Bogor
Menjelang petualangan season ke-2 ini, Ihsan lebih memilih untuk mendepakkan dirinya sendiri secara sukarela dan menghilang dari peradaban per-LCT-an. Tentunya sepasang yang tertinggal harus mencari kawan baru dong sebagai penutup lubang, dan akhirnya pilihan pun jatuh ke makhluk baru (sebenernya ga baru-baru amat) yang kita panggil Rengge. Tapi, sebenernya gak cuma tim kalian lah yang mengalami masalah internal. Tim gua juga awalnya terancam kehilangan satu orang ; gara-gara mbak Atma banyak tingkah dan sok-sok mau mengkhianati ikatan persatuan sesama rekan setim dengan gak mau ikutan LCTIP disertai sejuta alasan. Tapi akhirnya, setelah dibeliin mobil, dia luluh juga dan mau ikutan (ha? Mobil? Hahaha). Untuk tapi yang kesekian kalinya lagi, ternyata masalah gak selesai sampe di situ aja. Tiba-tiba aja gua kehilangan aura positif (alah, aura positif…) yang memaksa gua merubah haluan dan menuntun pikiran gua untuk mengikuti jejak Ihsan. Sampe sekarang pun gua gak bisa mendefinisikan penyebab detilnya apa, tapi berkat “pesona” Bu Siho plus janji lulus UN dan masuk FKUI secara instan (janji apaan tuh? Emang ada ya?!), gua pun kembali ke jalur yang ada dan bergabung lagi bersama rekan-rekan sejawat yang telah menunggu di sana.
Memoar hitam-putih awal November 2009,
Pada suatu hari, ada 6 orang anak bernama Adam, Atma, Febra, Iyan, Rengge, dan Okta. Mereka berenam adalah teman satu sekolahan dan sekarang sedang bersiap-siap untuk pergi ke Bogor dalam rangka mengikuti LCT Ilmu Pangan di IPB. Mereka berenam didampingi oleh Bu Siho dan Pak Musa yang dua-duanya merupakan guru bidang studi Kimia di SMANDA. Delapan orang ini menaiki sebuah mobil dengan Pak Musa sebagai supirnya. Tapi, sebelum berangkat, Atma berpamitan terlebih dahulu ke teman-teman sekelasnya ; dan entah kenapa Adam juga ikut-ikutan ke kelas Atma, padahal kelas Adam sendiri tepat di samping kelasnya Febra ; sedangkan kelasnya Febra sendiri jaraknya seperti langit dan bumi dengan kelasnya Atma. Katanya si Atma (Atma lho…), kang Adam sepertinya hendak bertemu dengan neng Hesty (suara latar : suit-suit)
(aduh, kenapa gaya karangannya jadi kayak pas jaman gua SD dulu ya? Hahaha)
Perjalanan awal ke Bogor pertamanya biasa aja. Tenang tanpa keributan. Paling yang ada cuma kongek-kongekan ringan seperti menukar kata-kata “tempat makan” menjadi “makan tempat” untuk menyinggung si Rengge yang agaknya emang makan tempat beneran (haaa… itu Iyan yang ngomong! Bukan gue!). Tapi, mulai masuk malem, entah karena hawa pulau Jawa atau gara-gara ujan yang derasnya gak kira-kira (memori sial Iyan : jaketnya basah gara-gara kerjaan sesatnya Adam. Hahaha), beberapa orang sepertinya kehilangan sisi warasnya dan akhirnya mulai bertingkah gila. Gak beberapa sih, cuma tiga kepala kok yang mulai agak-agak. Yah, siapa lagi kalo bukan Iyan, Febra, dan Atma? Sebenernya sih, kalo mau dicari pemicunya ya si Febra. Dimulai dari ngebahas kaleng kerupuk yang tulisannya BAHAGIA (haha, kerupuk BAHAGIA…) sampe bikin hidangan langka sepanjang masa yang belum pernah ada di dunia : gelas diisi tisu banyak-banyak terus kasih saos di atasnya (kayaknya gak cuma tisu sama saos deh. Ada yang laen, tapi gua lupa [ngapain juga isi gelas itu diinget-inget?]). Voilaaaa!!! Hahaha. Belom lagi si Adam dengan Rengge yang apes tapi kenyang. Ga puas dengan makanan berjamur, mie ayam akhirnya disikat juga. Plus bakso juga gak sih? Gak taulah. Cuma Tuhan sama perut itulah yang tahu pastinya. Yang jelas, yang paling banyak ngabisin dana buat makan waktu itu tak lain dan tak bukan serta tak disangsikan lagi ya kalian berdua.
Jam sebelas malem akhirnya sampe di Amarilis dengan selamat dunia akhirat. Menurut gua sih bener-bener selamat, karena gua berhasil menahan pipis sampe akhirnya gua berjumpa dengan kamar mandi. Sepanjang jalan abis makan itu bawaannya gak nyaman aja gara-gara kontraksi distal uretra yang memberontak di luar pengendalian ; mencoba cari posisi paling enak karena jadi pengen ikutan tepar gara-gara ngeliat semuanya udah pada tewas, tapi tetep aja gak bisa. Ah siaaaaaaaaaaaalll!!! Akhirnya gua sadar kalo penderitaan paling kejam sedunia itu bukan karena gak lulus SMA atau gak kuliah dimana-mana, melainkan nahan pipis! Rasanya kayak punya perasaan suka sama seseorang tapi gak berani mengungkapkannya (apa sih? Analoginya jauh bener). Tapi siapa yang nyangka kalo orang di samping gua ternyata merasakan hal yang sama. Diem-diem aja, eh ternyata ngincer WC juga. Alhasil, begitu sampe di Amarilis, gua sama Okta langsung lari-lari kayak orang kesurupan ke toilet lantai 2 buat memenuhi “hajat hidup orang banyak”. Hahaha.
Besoknya, life-paper kami warnanya hitam.
Ga usah ditanya dan ga usah dijelasin panjang lebar. Intinya, kami langsung tersingkir di babak penyisihan. Untuk urusan tes tertulis okelah, tapi agaknya dewi fortuna mulai meninggalkan anak-anak SMANDA pas udah mulai masuk ke sesi LCT-nya. Tim gua kalah 100 poin dari D*n B*sco gara-gara si Escherichia coli ; timnya Adam lebih parah lagi, kalah 50 poin dari S**pong gara-gara lidahnya Adam kepeleset oli. Mungkin lidahnya Adam kepeleset gara-gara salah makan nasi jamur kemaren. Gak taulah. Emang karena faktor genetik kali’ lidahnya Adam jadi liar begitu. Atau mungkin dia sengaja memplesetkan lidahnya sendiri buat cari sensasi dan memunculkan kontroversi? Hahaha. Kok agaknya gua mengekspos Adam doang ya? Jangan salahkan gua. Kekonyolan terbesar hari itu ya sumbernya si Adam. Jadi, jangan salahkan siapa-siapa kalo Adam jadi ngartis di note ini gara-gara lidahnya.
Dengan maksud mengobati kesal karena kekalahan yang menyakitkan akibat Escherichia coli berlidah (haha), malemnya kita keluar lumayan jauh buat makan. Sekali lagi, kepala beberapa anak mulai agak-agak pas udah menghadapi yang namanya makanan. Sebenernya gak beberapa sih, cuma tiga orang, dan lagi-lagi tiga-tiganya adalah orang yang sama dengan pemicu yang sama pula. Kalo kemaren tisu dan saos dalem gelas, sekarang terciptalah kreasi santapan yang lebih gak jelas dengan acar. Gak taulah komposisinya apa aja, yang jelas orang normal dan waras ga akan pernah mau makan makanan begituan. Parahnya, kegilaan tiga orang ini berlanjut bahkan sampe perjalanan pulang. Dengan begonya, gua, Atma, sama Iyan ngebahas plat mobil yang nongol satu-satu di jalan. GT = Ga Tengik ; BT = Belum Tengik ; ST = Sudah Tengik. Apa sih? Rasanya kursi belakang itu jadi RSJ mini dengan tiga orang stres di dalemnya. Agaknya atmosfer Bogor berhasil menyelundupkan sepaket bakteri Pseudomonas cocovenenans ke dalem lobus otak sehingga kita bertiga jadi kayak tempe bongkrek keracunan.
Sakit hati di LCTIP belum terobati, ternyata dunia dengan baik hati menambah penderitaan diri dengan kegagalan di Pesta Sains. Finish di peringkat 23 ternyata bener-bener gak cukup buat masuk ke babak selanjutnya. Yang cukup beruntung ya si Iyan yang bisa lolos ke semifinal, tapi akhirnya kandas juga dan gagal ke final. Si Okta tambah aneh lagi ; seharian menjauh dari kehidupan karena agaknya takut kena semprot sama Bu Rita. Hahaha. Masih inget banget lah gua pas kita belajar (baca : maenan) bareng-bareng di lantai 3, ngeliatin Iyan yang disiksa gak beradab sama Adit Cina, ketawa-ketawa gila pas di gedung GWW sampe-sampe salah satu mbak-mbak panitianya cuma bisa geleng-geleng kepala, terus nyorakin Bu Rita bareng-bareng pas pengumuman Guru Teladan, eh taunya dapet beneran. SMANDA setidak-tidaknya bisa bawa pulang satu gelar lah, walaupun harus keilangan satu piala besar…
Meskipun ketidakberuntungan datang berturut-turut, masih ada satu pelajaran yang bisa dipetik dari kerasnya kehidupan. Mungkin bener kalo IPB adalah Institut Pembuat BT yang selalu ngejengkelin dari awal sampe akhir, tapi di IPB lah gua dibuat mengerti kenapa kita harus menghargai sebuah keberhasilan. Tuhan menganugerahkan kita kegagalan biar bisa belajar dari tumpukan kesalahan, kemudian mengevaluasi dan memperbaikinya untuk kemajuan di masa depan. Ga ada gagal, ga ada juga kemudahan hidup yang kita rasakan sekarang. Yang penting adalah niat buat berjuang. Yah, yang jelas, jangan takut lah buat gagal. Selama masih punya niat, jangan pernah berhenti buat mencoba. Tuhan akan ngasih balasan yang setimpal kok buat hamba-hambaNya yang udah berusaha.
So, tim LCT SMANDA generasi 2010/2011, berusahalah untuk menjinakkan IPB di tahun 2010 ini ya. Bawa pulang kembali apa yang seharusnya emang patut dibawa pulang ; dan buatlah kakak-kakak alumni ini tersenyum bangga karena prestasi kalian.
Dinding yang tak disangka-sangka akan menghadang : LCT THP Unila.
Sebenernya, yang satu ini gak pernah kepikir di kepala. Cuma aja, gara-gara inilah, kita-kita yang kelas 3 ini gak jadi ikut LUN I Kimia dan divonis TIDAK LULUS karena salah satu bidang studi gak ada nilainya. Hahaha. Tapi, sebagai dinding terakhir buat angkatan 2009/2010, bagi gua ini adalah sebuah LCT perpisahan yang kesannya menantang banget karena lawannya emang ngotot-ngotot walaupun ada yang statusnya 'adek kelas'. Sempet kaget pas Adam dkk. takluk di tangan Al-Kautsar, tapi akhirnya dendam kalian terbalas kan lewat tangan kami yang kesemutan mencet bel terus-terusan? Seneng kan kalian ngeliat muka mereka jadi ikut-ikutan kesemutan gara-gara menelan kekalahan? Haha. Dari lubuk hati yang terdalam kawan, sebetulnya pengen banget deh posisi jawara bisa diisi sama dua tim sekaligus, jadi kita juara I nya barengan. Biar di akhir, kita semua bisa seneng tanpa beban, gak ada yang ngerasa hebat dan gak ada juga yang ngerasa minder atau bahkan dendam kesumat karena gagal jadi The Number One. Tapi ga mungkin lah, kecuali tu LCT gua yang bikin. Jadi, relakan saja gelar juara tidak penting ini buat gua-Atma-Okta ya? Toh, sama-sama dapet sertifikat ini, selisih kita dapet duitnya juga cuma gopek kok (Gopek tambah nol dua di belakangnya [ah, apalah arti nol? Dalem matematika, nol itu artinya gak ada nilai kan? Jadi bisa dianggap kalo kita ini dapet nominal yang setara] Hahaha).
Terakhir,
Ayo bicarakan keisengan terbesar tentang tim LCT.
Dimulai dari Aul yang bilang : katanya ada anak SBI 1 yang gak lulus.
Dari sanalah pikiran licik berawal. Hingga terciptalah Jaringan Pembohong LCT (JPL) yang sukses berat dalam usaha pertamanya menipu seseorang (untuk ASR, maaaaaaafff banget). Untuk FA, CTN, AP, MM, dan AF (eh, inisial nama gua sama Aul tinggal dibalik aja ya? [ga penting]) , terima kasih atas partisipasinya, ya. Kita memang temen senasib seperjuangan deh! (coba si OD ngomong, pasti gua ajakin ikutan juga) Senang bekerja sama dengan kalian! Gak akan gua lupakan tawa keras menggema di udara pas malem Minggu itu. Rasanya hari jadi makin indah dan berwarna gara-gara ngebayangin "piiiiip" (nama disensor untuk menjaga citra baik) kelabakan nelponin semua orang dan ngeganggu mereka dengan segudang pertanyaan yang penuh nada ketakutan (dia ketakutan, kita tertawa. Hah! Jahat ya? [sekali-sekali jahat itu gak papa kok. Hidup ini udah penuh kebohongan, jadi ditambah dengan sedikit kebohongan lagi gak akan berpengaruh apa-apa. Hahaha] => berusaha memaklumi kejahatan yang telah terlanjur dilakukan) Bahagia dunia akhirat gua karena berhasil balas dendam dengan telak! Hahaha. Kalian emang calon-calon pembohong besar dunia yang bakal dibanggain oleh bangsa Indonesia! Lain kali, kalau ada kesempatan, akan kita pergunakan untuk membohongi ASR-ASR yang lainnya, ya. Keep contact, teman! Tetaplah berulah! Hahaha.
Sukses selalu,
junjung tinggi nama SMANDA di belahan bumi bagian manapun kalian berada.
“Tanpa kalian, masa SMA gua gak akan seindah sekarang”
No comments:
Post a Comment