Thanks before,
spesial teruntuk ICHIGO
atas semuanya,
atas segala kebersamaan kita selama 2 tahun
atas segala baik dan buruknya
dan atas semua memori indah yang kita punya.
spesial teruntuk ICHIGO
atas semuanya,
atas segala kebersamaan kita selama 2 tahun
atas segala baik dan buruknya
dan atas semua memori indah yang kita punya.
Jabat tanganku, mungkin untuk yang terakhir kali
Kita berpijak tentang memori di masa itu
Peluk tubuhku, rasakan juga air mataku
Kita terharu seakan tiada bertemu lagi
Bersenang-senanglah, karena hari ini akan kita rindukan di hari nanti
Sebuah kisah klasik untuk masa depan
Bersenang-senanglah, karena waktu ini akan kita banggakan di hari tua…
Sampai jumpa kawanku…
Semoga kita selalu menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan…
Sampai jumpa kawanku…
Semoga kita selalu menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan…
Jam satu malem, ada orang alay bernama M. Lutfi Almer Hasan ngirim sms ke gua yang isinya lirik lagu lengkap Sebuah Kisah Klasik. Emang sih gak penting, tapi setelah ngebacanya, gua jadi sedih. Gua gak nyangka kalau ternyata ICHIGO harus ‘keluar rumah’ secepet ini [pake istilah mq qq]. Kalau keluar rumah biasa yang pergi-pagi pulang-sore ya okelah. Sayangnya, ini keluar rumah untuk batas waktu yang tidak ditentukan. (Kata mq qq lagi) keluar rumah buat menggapai cita-cita. Kita masih bisa ’pulang’, tapi ga tau kapan. Gua cuma bisa berharap dan berdoa, semoga kita masih tetep lengkap saat kita ‘pulang’ nanti ; semoga pas kita ketemu lagi –entah itu berapa tahun kemudian—kita semua muncul dengan senyum di bibir, dengan membawa cerita kesuksesan masing-masing. Amien.
Memoar hitam-putih Agustusan 2008,
ICHIGO hanyalah suatu bentuk abstrak yang lahir dari hasil hubungan ga jelas 40 siswa-siswi yang terkucil dalam suatu ruang panas yang dinamakan kelas. SSP =>Sistem Saraf Pusat (haha, maksudnya Sungguh Sangat Panas). Sangking panasnya, wajah-wajah yang menghiasi tu kelas didominasi oleh tampang-tampang yang menunjukkan keras serta beringasnya kehidupan. Korpus Ruffini yang makin sensitif serta peningkatan aktivitas glandula sudorifera memicu ekskresi keringat berlebihan di seluruh tubuh. Serasa miniatur planet Merkurius, atau serasa yaumul Mahsyar dimana matahari cuma sejengkal di atas kepala kita (lebay amaaat). Tapi alhamdulillah, ga pernah kecium daging manusia mateng sampe kita lulus ya.
Yah, mungkin karena itulah, tercipta embel-embel “suram”.
ICHIGO suram -_-“
Apa sih yang terpikir di benak Anda masing-masing saat mendengar kata IPA 1? Pastinya gak jauh-jauh dari ini : kutu buku, mata empat, pendiem, ga banyak tingkah, sunyi, sepi, hening, kaku, cupu, kuper, ga gaul, suka bawa tupperware ke skolah ; dan mungkin ada yang mikir : ngobrol pake bahasa Indonesia yang baik dan benar berdasarkan Ejaan Yang Disempurnakan, ga ada gua-elo, tapi aku-kamu, bermata tajam dan sinis pada orang lain yang tak sejenis, penuh ambisi tak punya kompromi, dan memiliki masalah dalam mengungkapkan isi hati (hahaha, parah amat yang mikir kayak gini). Kalo mau jujur, itulah kesan yang muncul di hati gua pertama kali pas gua tahu kalau gua divonis masuk IPA 1. Tapi, seiring waktu berjalan, akhirnya gua sadar kalau ga selamanya IPA 1 itu begitu. Setidaknya, itulah yang gua rasakan pas hidup bareng-bareng ICHIGO.
Yah, mungkin karena itulah, tercipta embel-embel “suram”.
ICHIGO suram -_-“
Apa sih yang terpikir di benak Anda masing-masing saat mendengar kata IPA 1? Pastinya gak jauh-jauh dari ini : kutu buku, mata empat, pendiem, ga banyak tingkah, sunyi, sepi, hening, kaku, cupu, kuper, ga gaul, suka bawa tupperware ke skolah ; dan mungkin ada yang mikir : ngobrol pake bahasa Indonesia yang baik dan benar berdasarkan Ejaan Yang Disempurnakan, ga ada gua-elo, tapi aku-kamu, bermata tajam dan sinis pada orang lain yang tak sejenis, penuh ambisi tak punya kompromi, dan memiliki masalah dalam mengungkapkan isi hati (hahaha, parah amat yang mikir kayak gini). Kalo mau jujur, itulah kesan yang muncul di hati gua pertama kali pas gua tahu kalau gua divonis masuk IPA 1. Tapi, seiring waktu berjalan, akhirnya gua sadar kalau ga selamanya IPA 1 itu begitu. Setidaknya, itulah yang gua rasakan pas hidup bareng-bareng ICHIGO.
Mari bernostalgila sejenak,
ayo balik ke jiwa yang dulu, yang masih belum gupek ngurusin masa depan.
Saat berurusan dengan *** **** (nama sengaja disamarkan), maka saat itulah seluruh kelas bisa ngerasain sensasinya ngedenger suara dengan frekuensi di luar tipe audiosonik. Orang-orang terbelakang (yang duduk di kursi-kursi belakang maksudnya…) akan bernego dengan orang-orang terdepan soal tukeran tempat duduk cuma untuk menangkap gelombang pendengaran dengan kualitas lebih jernih. Niat berjuang sungguh sangat diperlukan, apalagi kalo udah menyentuh yang namanya ulangan, karena saat itulah jiwa dan raga harus dikuras ekstra habis-habisan untuk ngejawab soal-soal yang ganasnya luar biasa. Logika harus diperas (emang cucian?) dan otak kita yang keren ini harus berpikir di luar kotak yang ada. Terkadang diperlukan manuver-manuver motorik, seperti tengok kanan-kiri, untuk mengais nilai yang sebesar-besarnya. Bahkan terkadang harus membentuk perserikatan bangsa-bangsa dengan asas ‘saling menolong’ antara orang-orang yang terdekat dengan bangku Anda untuk mencapai target kelulusan.
(bisa ketebak kan siapa itu *** ****?)
Siapkan buku Anda, alat tulis Anda, serta pikiran yang 100% fokus saat menyelami salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang membahas tentang kehidupan, karena saat itulah semua huruf yang keluar dari mulut ‘wak genk’ kita merupakan ilmu berharga yang harus siap diabadikan dalam bentuk catatan biar gak lupa. Walaupun ada juga gerombolan orang-orang yang males nyatet (termasuk gua sendiri), dan lebih milih ngopi catetan temen. Hahaha. Dasar males! Paling males lagi kalo harus ngapalin materi yang banyaknya gak kira-kira kalo udah deket ulangan. Iya gaaak? Sebenernya sama aja poi, gua yang mantan anak olim ini aja males tau yang namanya ngapal banyak-banyak kek gitu, karena gua sadar kalo seluruh kreasi Tuhan yang eksis di dunia ini gak akan pernah bisa ketampung semuanya di dalem bentukan kecil yang kita kasih nama otak manusia. Tapi ya mau gimana? Mau naek kelas gak? Tapi, kalo emang males ngapal, masih ada 1 jalan lagi kok yang bisa ditempuh biar gak remid ; jalan favorit sejuta umat dari masa ke masa dan akan terus jadi pilihan utama yang tak pernah lekang oleh waktu, yaitu (sekali lagi) membentuk persatuan-persatuan kerja sama di bidang pendidikan yang memprioritaskan simbiosis mutualisme. Kebanyakan sih milih jalan yang ini karena prospeknya lebih menguntungkan. Hahaha.
Segolongan orang-orang akan lebih bersemangat dan lebih fokus saat belajar sistem reproduksi. Ga perlu ngaku lah, sadar aja yang penting. Atau jangan-jangan salah satu dari golongan ini adalah teman sebangku Anda? Anda punya kewajiban lho untuk mengembalikannya ke jalan yang lurus.
Hai, mau kena cubit gak?
(hari Kamis jam ke-5 dan 6 adalah Hari Menghindari Cubitan Sedunia.
Bisa kurasakan detak jantung kalian berdegup lebih cepat saat nama kalian dipanggil [sok ngrasa lo!]
Berdoalah agar Tuhan membuatkanmu kulit dari kitin [walaupun itu sebenernya gak mungkin]
Akhirnya,
Rekor Juni 2009 : 52 Minggu Lepas dari Maut
“Berkat perlindungan Tuhan dan kerja keras kalian, teman-teman. Sampai naik kelas 3, ga ada satu pun ICHIGO yang reseptor nyerinya pernah teruji di hari Kamis.
Selamat sekali lagi atas pencapaiannya.”
[mana tepuk tangannya???]
tapi, walaupun kek gitu, penulis tetep ngucapin makasih ke ibu. Karena ibu, satu-satunya pelajaran IPS yang saya suka cuma sejarah)
Siapa tuh yang suka nelpon di WC?!
Nelpon geh diem-diem, cie… cie…. nelpon siapa tuh?
Dasar (om) Y*s!!! Hahahahaha!
Bapak-bapak lucu menghiasi karier kita saat mencoba mendongkrak tabiat dengan belajar Agama. Mr. Able pernah cerita begini, saya ke kebon, tinggal di sana saya selama beberapa bulan. Akhirnya saya pulang dan bilang sama bapak saya,” Pak, saya mau sekolah lagi.” Terus bapak saya tanya,” mau sekolah dimana?” Saat itu terlontarlah dari mulut saya : PGA. Hehe. Mr. Able bner2 able untuk menginspirasi gua biar terus sekolah. Walaupun kita-kita remid terus gara-gara soal ulangannya hadis semua. Meskipun saya pernah dikeluarin satu kali dari pelajaran mister karena gak ngumpul Yasin ; tapi setidak-tidaknya saya nggak memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan kayak Mq Re’ yang langsung kabur dengan penuh cinta bareng Santo (hahaha). Kalo boleh jujur, karisma mister sangat terasa pas ngajarin kami cara ngerawat mayat (karisma?). Mungkin karena itulah saya jadi sadar kalo kita harus ngerawat diri sendiri sebelum tiba saatnya dirawat orang, walaupun saya sadar juga kalo sebenernya ngerawat diri sendiri itu lebong capeknya ketimbang pas dirawat sama orang laen. Hingga akhirnya kami pun beralih tingkat dan ketemu sama Mr. Shoot An yang bilang, “jelas ; tidak dengung.” Kebiasaan nyuruh maju satu-satu untuk ngejawab pertanyaan yang contohnya : apa tujuan kamu menikah? Salah satu jawaban ichigoers yang entah kenapa gua masih inget sampe sekarang adalah : mencari kesenangan bersama suami saya (Dasar orang-orang cabz!). Hahaha. Well, lupain aja lah negatifnya. Rasain positifnya sekarang. Kita jadi lebih bermoral kan?! (bermoral? Kok kayaknya nadanya meragukan ya?)
Gua mau jujur,
gua bukanlah seorang warga negara yang baik. Karena di setiap pelajaran PKn, gua gak pernah merhatiin. Entah apa urusan gua, ngerjain PR lah, nyalin catetan, baca bio, belajar fisika, ngapal kimia, makan choki-choki, dengerin musik, ngobrol-ngobrol, maenin alat tulis, buat pesawat-pesawatan, nulis-nulis gaje, mengkhayal cari inspirasi hidup, atau tidur-tiduran (maaf ya, bu R**ri, Pak **in. Mungkin karena itulah nilai PKn saya ga pernah keren. Tapi ya mau gimana lagi? Sesungguhnya saya ga terlalu tertarik dengan Indonesia [parah! Lo orang Indonesia bukan sih?] Saya bicara jujur lho, saya gak mau di akhir ini masih ada dusta di antara kita [alah!])
Apa Anda termasuk orang-orang yang seperti saya? Semoga nggak lah ya…
Kita bisa punya waktu main-main lebih lama ketika tiba saatnya Bapak ****** memasuki markas persembunyian kita yang panas. Mungkin bener kalau Bapak cuma datang, cuap-cuap sebentar, lalu keluar gak pulang-pulang sampe bel pergantian jam; tapi cuap-cuap sebentar itu telah menyadarkan kami kalo english itu gak sekedar is-am-are. Yah, walaupun terkadang saya (atau bahkan beberapa dari kami) selalu khilaf (baca : sengaja) tidak mengerjakan tugas-tugas yang Bapak berikan, bahkan cenderung menomorduakan pelajaran Bapak dan lebih memilih fokus ngerjain tugas gambar. Hahaha. Setidak-tidaknya, saya berterima kasih sekali karena setiap jam kosong yang Bapak anugrahkan kepada kami memberi kami kesempatan untuk mengekspresikan darah muda kami sesuka hati, sehingga di akhir, tidak ada cap “Masa Remaja Kurang Bahagia” untuk kami. Serius. Bener-bener terima kasih. Pasalnya, saat kami pergi dari Bapak dan duduk di kelas baru, tiba-tiba saja jam terbang kami menjadi padat sekali. Kami serasa artis ibukota yang berkali-kali muncul di tipi. Sangat ironis, ketika kami menjadi lebih rajin dan peduli, bukan karena kesadaran sendiri atau karena Ujian Nasional yang semakin membayangi, tapi karena gurunya yang masuk tiap hari. Bukan gosip lagi kalau kami cuma sok basa-basi dengan pura-pura memperhatikan sepenuh hati (bahkan gak memperhatikan sama sekali), padahal di belakang, kami punya kesibukan sendiri-sendiri. Mungkin benar kalau kami menjaga mata kami, tapi lama-kelamaan, teks itu menari-nari, dan akhirnya gelap lagi. Sayup-sayup terdengar lagu Linkin : and when you’re feeling empty, keep me in your memory… Maka, dalam mimpi, kami pun bernyanyi,”and when I’m feeling empty, at this time I will sleepy… Leave out all the rest, leave out all the reeesssttt…”
Apa Anda termasuk orang-orang yang seperti saya? Semoga nggak lah ya…
Kita bisa punya waktu main-main lebih lama ketika tiba saatnya Bapak ****** memasuki markas persembunyian kita yang panas. Mungkin bener kalau Bapak cuma datang, cuap-cuap sebentar, lalu keluar gak pulang-pulang sampe bel pergantian jam; tapi cuap-cuap sebentar itu telah menyadarkan kami kalo english itu gak sekedar is-am-are. Yah, walaupun terkadang saya (atau bahkan beberapa dari kami) selalu khilaf (baca : sengaja) tidak mengerjakan tugas-tugas yang Bapak berikan, bahkan cenderung menomorduakan pelajaran Bapak dan lebih memilih fokus ngerjain tugas gambar. Hahaha. Setidak-tidaknya, saya berterima kasih sekali karena setiap jam kosong yang Bapak anugrahkan kepada kami memberi kami kesempatan untuk mengekspresikan darah muda kami sesuka hati, sehingga di akhir, tidak ada cap “Masa Remaja Kurang Bahagia” untuk kami. Serius. Bener-bener terima kasih. Pasalnya, saat kami pergi dari Bapak dan duduk di kelas baru, tiba-tiba saja jam terbang kami menjadi padat sekali. Kami serasa artis ibukota yang berkali-kali muncul di tipi. Sangat ironis, ketika kami menjadi lebih rajin dan peduli, bukan karena kesadaran sendiri atau karena Ujian Nasional yang semakin membayangi, tapi karena gurunya yang masuk tiap hari. Bukan gosip lagi kalau kami cuma sok basa-basi dengan pura-pura memperhatikan sepenuh hati (bahkan gak memperhatikan sama sekali), padahal di belakang, kami punya kesibukan sendiri-sendiri. Mungkin benar kalau kami menjaga mata kami, tapi lama-kelamaan, teks itu menari-nari, dan akhirnya gelap lagi. Sayup-sayup terdengar lagu Linkin : and when you’re feeling empty, keep me in your memory… Maka, dalam mimpi, kami pun bernyanyi,”and when I’m feeling empty, at this time I will sleepy… Leave out all the rest, leave out all the reeesssttt…”
Sungguh, kami ini benar-benar murid yang tak tahu diri.
…”Jadi, kita akan kuburkan dia di Sirnagara?” katanya pelan-pelan, setengah ditujukan kepada dirinya sendiri. Soleha tidak bisa menjawab. Ia mau berpikir panjang. Ia mau mengatakannya, tapi ia segera ingat pada yang lain. “Tapi, kita sudah kawinkan dia. Dan sekarang dia sudah jadi istri Sumarto. Apa yang akan dikatakan oleh Sumarto?” Pikirannya makin tidak enak kalau mengingat soal itu. Ia memang sudah keberatan ketika suami Soleha dipanggil orang dari kampung sawah untuk mengobati Pak Murad. Sebagai mantri kesehatan di sekitar situ memang tak ada dokter. Suami Soleha sering diminta pertolongan. Namun, ia tahu betul Pak Murad ayah Murni. Murni sekarang menjanda karena suaminya meninggal dunia. Suami Soleha saling mencintai dengan Murni ketika masih bujang dan gadis. Mereka tidak dapat melaksanakan niat hatinya sebab Murni dipaksa kawin…
Bukan karena kemampuan berbahasa kita yang jongkok sehingga gak bisa ngerti apa maksudnya cerita Soleha ini, tapi emang dasar kutipannya yang menjijikkan! Jangan bilang gua salah kalo gua ngomong begini : kutipan ini dari awal udah serba gak jelas. “Ia” di sana itu siapa? Itu siapa yang ngomong? Itu siapa yang mati? Kita cuma bisa kebingungan penuh tanda tanya besar di kepala. Sekali lagi, semua ini bukan karena kita gak punya sense dalam mengapresiasi sebuah prosa. Walaupun emang, setiap pelajaran Bahasa Indonesia, bisa diitung dengan jari saat-saat kita belajar dengan fokus dan serius. (Mungkin) setiap ** **** atau ** **** masuk kelas, hati salah seorang ichigoers berkata : semoga hari ini main-main aja, dan sebagaimana kontak batin yang begitu kuat, layaknya sebuah jawaban dari suatu jeritan jiwa, seluruh benak ichigoers yang lain bilang dengan kompak dan seirama : ayo nego bareng-bareng biar hari ini gak belajar juga. Hahaha. Entah karena sang guru yang terlalu baik atau emang kita yang terlalu licik dalam memanipulasi keadaan, tetapi tawa yang menggema sudah merupakan hal yang biasa saat pelajaran Bahasa Indonesia, apalagi saat talkshow gembira atau pas Pe-tiga-A. Tapi ICHIGO boleh dibilang beruntung. Setelah melakoni pelajaran-pelajaran kelas berat, Bahasa Indonesia bisa jadi wahana refreshing tersendiri. Senyum dan tawa yang tercipta sedikit banyak menjadi obat untuk otak yang sesaat stres dan gila ; mengembalikan dan merevisi hati kembali seperti semula.
Ini memori pendek tentang OTBON.
Adalah suatu ketidakadilan saat mas-mas bus bilang : WC sengaja dikunci biar gak dipake, soalnya bus laen gak ada WC. Kalo gitu ceritanya, perlebarlah lagi jarak antar kursi agar kami menganggap mas bener-bener adil, bukannya sok adil. Asal mas tau, menekuk kaki pas tidur itu mengganggu pertumbuhan tulang lho, dan kami yakin mas nggak akan pernah mau bertanggung jawab atas terhambatnya pertumbuhan kami ini. Sungguh suatu kenyataan pahit mengingat kami masih harus menyandang titel “suram” bahkan di saat kami sengaja pengen senang-senang.
Setelah Air Panas Ciater, kita digiring ke area dingin Tangkuban Perahu. Layaknya prajurit pemberani yang gagah berani, kita berjalan maju tanpa gentar, saling berpegangan dan menjaga diri dari dahsyatnya angin gunung yang menampar wajah, menjalarkan kebekuan sampai sumsum tulang, serta membawa serpihan zarah bersuhu rendah menembus pori-pori kulit kita yang lemah. Suasana yang kelabu tanpa celah membuat percuma saja bagi kepala kita untuk menengadah mencari arah. Mengandalkan feeling mentah-mentah, melawan ganasnya alam yang merajah sukma dan jiwa, memaksa gigi mengigil, mengucurkan darah, menebarkan nanah (agaknya menderita banget ya), hanya demi satu misi : cari spot yang indah dan ‘wah’ buat kita poto-poto. Huahahahaha.
(capek deh pepi)
Akhirnya tugas sekolah menghadang di depan mata saat menginjak Puspa Iptek dan Balai Seni Barli. Gua sih sukanya pas bagian maenin angklung. Nah, kalau kalian, bagian mana yang kalian suka? (pertanyaan khas Dora The Explorer) Aku juga suka (jawaban khas Dora The Explorer juga). Bagaimana denganmu, Boots? (siapa yang mau jadi Boots?) Habis ini, mari kita nyanyikan lagu “Berhasil, berhasil, hore!” (ya ampun, sumpah, ngakak gua ngebayangin ICHIGO satu bus nyanyi Dora lengkap sama jogetnya juga. Hahaha!)
BIP, we’re coming!Setelah Air Panas Ciater, kita digiring ke area dingin Tangkuban Perahu. Layaknya prajurit pemberani yang gagah berani, kita berjalan maju tanpa gentar, saling berpegangan dan menjaga diri dari dahsyatnya angin gunung yang menampar wajah, menjalarkan kebekuan sampai sumsum tulang, serta membawa serpihan zarah bersuhu rendah menembus pori-pori kulit kita yang lemah. Suasana yang kelabu tanpa celah membuat percuma saja bagi kepala kita untuk menengadah mencari arah. Mengandalkan feeling mentah-mentah, melawan ganasnya alam yang merajah sukma dan jiwa, memaksa gigi mengigil, mengucurkan darah, menebarkan nanah (agaknya menderita banget ya), hanya demi satu misi : cari spot yang indah dan ‘wah’ buat kita poto-poto. Huahahahaha.
(capek deh pepi)
Akhirnya tugas sekolah menghadang di depan mata saat menginjak Puspa Iptek dan Balai Seni Barli. Gua sih sukanya pas bagian maenin angklung. Nah, kalau kalian, bagian mana yang kalian suka? (pertanyaan khas Dora The Explorer) Aku juga suka (jawaban khas Dora The Explorer juga). Bagaimana denganmu, Boots? (siapa yang mau jadi Boots?) Habis ini, mari kita nyanyikan lagu “Berhasil, berhasil, hore!” (ya ampun, sumpah, ngakak gua ngebayangin ICHIGO satu bus nyanyi Dora lengkap sama jogetnya juga. Hahaha!)
Berkat Pak Darmawan, akhirnya kita bisa menikmati malam Bandung atas dasar jiwa muda anak remaja, bukan karena tuntutan jadwal yang sudah ada (makasih, Pak!). Kita beli donat buat ultah Alin yang ketujuh belas. Sebenernya sih pengennya ngasih selamet pas malem itu juga, tapi mengingat kondisi yang tidak kondusif, akhirnya kita putuskan untuk menunda sampe kita semua ada di bus besok pagi.
Tibalah saat dimana kita harus berkata : Goodbye Bandung! Maaf telah menodai wajahmu dengan serangkaian keautisan yang kami tumpah-ruahkan di sini. Sampai jumpa lagi, jangan pernah merindukan kami! (berlinang air mata) Menjajah Mekar Sari dan mengobrak-abrik Dufan adalah tindak kriminal terakhir yang kita lakukan sebelum kita semua balik ke bus yang nyaman dan ramah, yang akan membawa kita pulang ke pangkuan tanah tercinta, kembali pada keseharian dan suasana sekolah yang bikin badan selalu gerah.
Tibalah saat dimana kita harus berkata : Goodbye Bandung! Maaf telah menodai wajahmu dengan serangkaian keautisan yang kami tumpah-ruahkan di sini. Sampai jumpa lagi, jangan pernah merindukan kami! (berlinang air mata) Menjajah Mekar Sari dan mengobrak-abrik Dufan adalah tindak kriminal terakhir yang kita lakukan sebelum kita semua balik ke bus yang nyaman dan ramah, yang akan membawa kita pulang ke pangkuan tanah tercinta, kembali pada keseharian dan suasana sekolah yang bikin badan selalu gerah.
Memoar hitam-putih Agustusan 2009,
Tatkala kita mulai naik ke kasta yang paling tinggi, maka beberapa ichigoers mulai sadar diri. Hari-hari yang semakin membebani mambuat kita berpikir dua kali untuk terus-terusan mengincar kesenangan pribadi. Bangun, woy! UN siap menghalangi kalo kita ga prepare sedari dini.
Kelas baru, cerita baru. Semangat baru. Lembaran baru. Kegilaan baru. Alhamdulillah, muka kita-kita masih muka-muka yang dulu, masih muka yang usang dan kepanasan melulu.
This is ICHIGO’s second year.
Kelas baru, cerita baru. Semangat baru. Lembaran baru. Kegilaan baru. Alhamdulillah, muka kita-kita masih muka-muka yang dulu, masih muka yang usang dan kepanasan melulu.
This is ICHIGO’s second year.
Ga pernah gua nyangka kalau ternyata semakin tinggi puncak yang kita gapai, semakin deras badai yang kita rasa, bukannya semakin membuka mata, kita malah semakin menggila. Ketidakjelasan mulai mewabah dimana-mana. Keganasan SMANDA mulai tampak batang hidungnya. Mulai dari P3A, kenaikan uang komite khusus buat anak kelas 3, pembimbing-pembimbing baru yang tulen nan teruji kualitasnya dengan sejuta soal ulangan yang “indahnya” melebihi aurora di Kutub Utara, sampe bimbel dimana-mana yang ngebuat kita jadi sesibuk presiden Amerika. MIPA jadi makin berkuasa, tepatnya mendominasi semuanya. Membuat otak kita ini terpaksa memahami hal-hal yang nggak biasa. Suasana kelas yang dari awal emang udah panas, lama-lama serasa jadi neraka ; walaupun udah dipasang 2 kipas, tapi ya tetep gitu-gitu aja. Hahaha. Sayangnya, sekejam apapun dunia, sesadis apapun SMANDA memforsir kita, seterik apapun matahari di luar sana, yang namanya ICHIGO tetep aja gak pernah keilangan canda dan tawa. Masih tetep penuh kelakuan autis dan gila setiap harinya, seolah-olah masa depan itu bukan beban apa-apa. Masih suka cie-cie (padahal ga tau apa, siapa dan kenapa harus cie-cie), sampe tulang rahang ni sakit jadinya gara-gara kebanyakan ketawa. Masih suka menganiaya Sebog rame-rame, nyumputin barang-barangnya (barang Sebog paling paporit disumputin sih agaknya kunci motornya), dizalimi, dikata-katain sampe nangis tak berdaya, terus dibaik-baikin cuma kalo ada maunya (hahaha). Masih suka menggema lagu-lagu angkot di kelas (ex. yang paling terkenal : capek deh ngurusin kamu… capek deh ngurusin kamu, capek deh bete bete aku [lengkap dan jelasnya tanya Ucup yah]), belom lagi si pangeran (ya Allah, kesambet setan apa gue nyebut “pangeran”?) yang selalu nyanyiin lirik-lirik ga jelas yang bisa bikin kita cuma geleng-geleng kepala sambil nahan napas. Masih suka mengkhayal ga waras, joget-joget konyol gak pake kontrol, kejer-kejeran kayak orang kesurupan, atau bikin screaming-screaming aneh cuma buat cari perhatian. Mudah tersulut bahkan sama ucapan yang biasa kayak gini : Anida punya pisang! ; bisa terbukti lewat reaksi yang emang diharapkan dari orang-orang yang udah berpikiran gak bener : hiii… Anida… (kenapa harus “hiii” sih? Normalnya “bagi sih” atau “mau dong” kan? [entah kenapa kalo ngikutin pola pikir ga bener, reaksi “bagi sih” atau “mau dong” jadi serasa ambigu banget, sehingga lebih mending kalo kita bereaksi “hiii” aja]). Suka ngobrol-ngobrol sinting, ngomongin hal-hal ga penting, mulai dari penyanyi dangdut Benigno dan Angeliq sampe ke BOLEH AJAAA-nya Susanti di film Upin Ipin. Masih suka mengalihfungsikan kolong jadi tempat numpukin sampah. Masih males buat piket (kalo pun ntar piket, itu juga karena abis diteriakin pake urat) ; piket pun paling cuma ngapus papan tulis, atau nyapu tapi cuma di bangkunya doang. Masih suka ngaret, sampe-sampe jam 07.15 lewat pun tu kelas masih aja kosong melompong gak ada kehidupan karena sebagian besar orangnya tertahan di depan pintu gerbang. Masih males bayar uang kas, padahal kita-kita selalu ikut-ikutan makanin kue kalo lagi ada yang ultah dan gak pernah absen ngambil fotokopian tugas. Bukan UNO, setsot, atau apalah itu yang sejenisnya, tapi maen congklak (melestarikan budaya bangsa bener ya kita?), ga tau papan congklak itu asalnya dari mana atau siapa yang sengaja ngebawanya. Masih aja maen rubik atau baca komik, walaupun guru di depan itu udah ngoceh-ngoceh sampe berbusa mulutnya. Kasus peng-grepe-an merajalela, bahkan sampe di masjid pun ya masih kek gitu aja, ga insaf-insaf walaupun 100% sadar kalo lagi ada di rumah Allah subhana huwata’ala. Bahkan kepala gua sampe sukses kejedut di pintu angkot gara-gara setengah mati menghindari semangat grepe-nya Atika yang lagi melebihi batasnya (gua maafin kok tante, walaupun lo ngetawain gua keras banget waktu itu).
Dan maaaasih banyak ‘masih-masih’ yang lainnya.Termasuk masih susah diajak satu suara kalo lagi musyawarah bersama.
Mungkin emang udah takdir kalo kelas kita ini harus kelewat ‘demokratis’. Mungkin bener kata Mejik kalo ICHIGO ini unik, karena ke-empat puluh penghuninya punya watak masing-masing yang bener-bener beda satu sama lain. Mungkin karena itu juga makanya Bu Siho selalu bilang,”IPA 1 ini rapat terus ya…”, karena emang rapatnya ga pernah nyampe ke satu kesimpulan sehingga gak pernah selesai selesai. Bisa diambil contohnya pas lagi ngerundingin buku tahunan. Mulai dari konsep awal pun udah banyak yang ngajuin usul. Yang satu pengen ini, yang satunya lagi pengen itu, sampe ribut tu kelas sama mulut, bahkan sampe hampir pecah yang namanya Perang Dunia III, cuma buat milih satu konsep yang bagus. Udah di-voting, ujung-ujungnya berubah lagi gara-gara masih banyak yang gak setuju. Akhirnya diulang lagi, didiskusiin lagi dari awal, ditanyain lagi baik-baik : jadi ini maunya gimana? Mending kalo diskusinya tenang gak ada gangguan ya. Sayangnya, udah panas, capek, laper, pita suara agaknya mau kena tumor aja gara-gara terus-terusan ngomong keras-keras : woooyyy… perhatiin sih… , tambah lagi ni 39 kepala banyak tingkah pula. Rasanya mau meledak aja ni dada ngeliatin kelakuan yang bikin sakit mata.
Sekali lagi, ya inilah ICHIGO.
Ga perlu susah-susah nyatronin satu-satu TPS pas pilkada, karena di SMANDA, di ICHIGO tepatnya, lo bisa nemuin miniatur Indonesia yang bener-bener demokratis, masih murni, tanpa ada campur tangan oknum-oknum yang mengincar keuntungan politis.
Semakin lama, manusia-manusia di ICHIGO semakin berani menantang SMANDA. Dimulai dari Ihsan yang ngirim surat pura-pura, gak masuk skolah, padahal mah belajar sampe muak di rumah. Sampai akhirnya, kita tiba di suatu masa, dimana opsi “belajar sendiri” jadi pilihan pertama. Gak kamu, dia, atau saya, semuanya jadi menghilang ga tau kemana dan muncul cuma pas P3A aja. Sampe-sampe pernah tu kelas jadi SBI dadakan karena yang masuk cuma 26 siswa. Dasar parah! Yah, mungkin aja (mungkin…) waktu itu di kepala kita cuma ada ini : gak peduli lagi hari ini di SMANDA mau ada apa, gak peduli lagi tu guru-guru sekarang mau ngajarin kita apa, gak peduli lagi temen-temen gua mau bertingkah autis apa lagi di sekolah sana, yang penting gua di sini, bertapa, gak kemana-mana, belajar sepuasnya biar bisa masuk universitas ternama. Wah… Agaknya egois bener ya? Keadaan yang memaksa kayaknya udah berhasil menyihir dan menjungkirbalikkan bagian dalem otak kita semua sehingga berpikir gak seperti pribadi yang biasanya. Bahkan ada yang raib secara misterius dari kehidupan selama 2 minggu berturut-turut (tau lah siapa), sampe muncul kata-kata “Full Thinking Tomorrow Died” yang artinya : gara-gara kebanyakan belajar, besoknya udah gak bernyawa. Hahaha. Hai kawan-kawan, menurut gua (cuma opini ya), baiknya “Full Thinking Tomorrow Died” itu diganti jadi “Full Thinking Tomorrow Smile” aja. Ga ada sejarahnya orang bisa mati cuma gara-gara kebanyakan belajar, yang ada, besoknya orang itu bisa tersenyum lebar karena apa yang dinginkannya udah tercapai. Tapi ya terserah sih. Itu kan cuma opini, diikutin gak diikutin juga ya gak papa. Yang jelas, mau belajar sendiri, mau belajar di sekolah, mau belajar di rimba belantara manapun kita, ICHIGO tetep lulus 100% kan? Alhamdulillah…
Ada satu yang mau gua bilang (bukan maksudnya menggurui atau apa, tapi emang ini penyakitnya kita dari jaman dulu kala sampe sekarang) : cobalah untuk on time. Indonesia ini gak akan pernah maju kalau manusianya gak mau menghargai waktu. Setidak-tidaknya, ayo kita mulai dari ICHIGO. Karena nantinya, mau percaya atau gak, bagi seorang mahasiswa, sehari 24 jam itu gak ada apa-apanya. Semuanya akan berakhir dan berlalu begitu aja. Bahkan kalo boleh dikasih kesempatan buat nawar sama Tuhan, pengen rasanya sehari itu 36 jam atau lebih lah. Tapi ya beginilah dunia. Mau lo nangis darah atau ngorbanin nyawa, sampai kiamat pun yang namanya sehari itu ya tetep segitu takarannya. Sadar ataupun tidak, di kehidupan selanjutnya, waktulah yang akan jadi saingan terberat kita. Seorang dokter kalo kelamaan ngobatin pasien emergency, tu pasien bisa ilang duluan napasnya. Seorang arsitek kalo kelamaan ngerjain suatu proyek, orang yang nyewa bakal ga tahan dan ngebatalin kontraknya. Seorang guru kalo kebanyakan ngaret, jamnya bisa keburu abis duluan dan akhirnya gak ngajarin apa-apa. Seorang pengusaha juga, kalo suka telat dan bikin nunggu klien, si klien bakal gak seneng dan mutusin hubungan kerja. Dari sini aja, kita bisa tahu, kalo waktu itu kaitannya besar banget sama semua sisi kehidupan, bahkan menyangkut nyawa orang. Jadi, jangan pernah buang waktu sedetikpun untuk hal-hal yang percuma. Mari belajar jadi profesional dengan membudayakan on time.
Seakan mataku tertutup…
Ingin cinta ini dapat kau sambut.
Harapkan perasaan ini kau tahu…
Sungguh ku ingin kau jadi milikku.
(Bunga by Bondan Prakoso feat. Fade 2 Black)
OK friend,
let’s talk about LOVE.
(beberapa hati ichigoers : pep, jgn ekspos kehidupan cinta gua, ya! Awas lo poi! Pulang lewat mana lo?!)
Haaaah…
Cinta.
C.I.N.T.A. (kok jadi lagunya d’Bagindas?)
Kalau bicara masa muda, maka gak akan afdol kalo kita gak bicara tentang cinta, karena dari cintalah semua kehidupan itu berawal. Kita ada di dunia berkat cinta Adam dan Hawa kan? Kalo gak ada cinta, mungkin sampai sekarang di dunia ini cuma ada kingdom Monera sama Protista : kelompok makhluk hidup yang bereproduksi aseksual untuk melestarikan jenisnya (kok jadi Biologi?). Haha. ICHIGO ada di dunia juga berkat cinta lho, yakni cinta para emak dan bapak yang membuat mereka melahirkan 40 anak-anak autis dan gila yang entah kenapa dengan ajaibnya malah terkumpul di suatu wadah yang namanya SMANDA.
Well, gak bisa dipungkiri kalau kelas ICHIGO yang panas salah satunya disebabkan oleh gelora cinta yang membara antara aku dan dia (ih, sumpah! Jijik bgt kalimat ini, rasanya pengen gua apus aja). Hahaha. Gak kok, itu emang kelasnya yang panas poi! (bego betul keliatannya kalo kelas jadi panas cuma gara-gara hawa cinta) Yang bener adalah, gak bisa dipungkiri kalo ICHIGO jadi suatu tempat yang seru salah satunya disebabkan oleh benih-benih cinta antara manusia-manusia yang ada di dalamnya (ICHIGO jadi serasa sawah ya? Ada benih-benih). Istilah kerennya CINLOK! (PS : gua gak akan mengekspos cerita cinta milik siapapun di sini, karena gua sadar kalo cinta merupakan hal yang sifatnya bener-bener privacy dan gak sepatutnya diumbar di forum terbuka kayak gini) Haaaa… Emang bener kata orang kalo kisah kasih anak sekolahan itu membawa sejuta warna yang indahnya (atau mungkin juga sakitnya) tiada terkira. Ada yang sukses merangkai benang-benang cinta bersama sang pujaan jiwa. Ada yang gak ngerti harus ngapain dengan perasaan gila yang berkecamuk di hati, mau mengungkapkan ga berani, hingga akhirnya memilih untuk dipendem sendiri tanpa ada yang mengetahui, atau curhat ke temen-temen terpercaya biar beban rasa ini sedikit-sedikit bisa dikurangi. Ada yang bergerak dengan pendekatan dini ; berharap, berdoa, melakukan segalanya untuk menarik perhatian si dia, meskipun ditolak berkali-kali (terdengar lagu Seventeen : aku lelaki tak terkalahkan, meski hati ini kau patahkan…). Ada yang memberi sinyal kuat “aku suka kamu” layaknya operator Telkomsel atau Indosat, dan bertemu sinyal kuat lainnya “aku suka kamu juga”, yang seperti film-film Cinderella, berakhir dengan bahagia selamanya (ahaaaiii). Ada yang pura-pura gak cinta, tapi main mata (ceritanya malu-malu tapi mau). Ada juga yang bersambut pada awalnya, tapi sayang kandas di tengah jalan akibat banyaknya problema. Tapi ada juga yang langgeng dalam waktu lama, sepaket dan setia sampai akhir, sampai takdir memisahkan kita. Sebaliknya, ada juga yang gagal dalam cintanya, bertepuk sebelah tangan, tidak mendapat balasan apa-apa. Kalo gagal ginjal sih bisa diobatin pake transplantasi ya, tapi kalo gagal cinta? Tips dari pakar cinta ternama : jgn biarkan dirimu tersiksa karena si dia. Carilah cinta yang lain. Tuhan gak hanya menciptakan satu manusia, yang artinya ada banyak cinta yang bisa kamu dapat di luar sana (sukses ya melupakan si dia!). Dan lagi, semua asam-manis cinta ini turut memberikan manfaat tersendiri : kita tidak pernah kekurangan korban per-cie-cie-an (jahat banget sampe yang beginian dimanfaatkan utk kesenangan pribadi). Hahaha.
Yang terakhir, kawan-kawan : Cinta Jarak Jauh. Udah bukan cerita kalo demi cita-cita, kita harus berkelana jauh dari tempat asal kita, berpisah dari keluarga, dan terpaksa meninggalkan si cinta untuk sementara. Baik sesama ichigoers, maupun orang dari kelas tetangga, atau mungkin dengan manusia dari lapisan apapun di muka bumi ini kalian menjalin hubungan cinta yang penuh jarak, pesan orang tua : yang penting adalah saling percaya. Zaman sekarang, perkembangan iptek udah makin canggih. So, tenang saja, karena jaringan luas poi, melintasi batas pulau, menembus lautan dan samudra, melampaui angkasa bahkan mencapai ruang hampa udara. Beda negara atau beda benua bukan lagi masalah, tapi lain ceritanya kalo udah beda dunia. Yah, inget-inget aja kalau “aku ada yang punya” (cooohh…). Kendalikan diri dan pupuk dengan baik semua yang sedang kalian jalani, biar bunga-bunga cinta itu tetep bersemi sampai saatnya kalian naik ke kursi pelaminan nanti. Remember, remember, Wedding Organizer ICHIGO masih menunggu calon mempelai lho…
Oke, kawan.mari kita tutup paragraf ini dengan membahas tentang CINTA sekali lagi.
Bedanya, mari kita membicarakan CINTA dalam konteks yang lebih luas.
ICHIGO ada karena cinta.
Bukan cuma karena cinta emak dan bapak yang udah ngelahirin kita, tapi juga karena cinta yang lain,
Cinta kepada semua ichigoers tanpa terkecuali.
Apa sih cinta itu? Gak perlu yang muluk-muluk. Intinya sayang, peduli, ngejaga, percaya, de-el-el, pokoknya semua yang baik-baik lah! Karena kita saling sayang, saling peduli, saling menjaga dengan menggrepe satu sama lain (hahaha, jangan lah…), dan saling-saling lainnya, makanya ada ICHIGO. Coba deh kalo di hati kita masing-masing gak ada cinta sama sekali, gak ada yang namanya care ; tapi yang ada cuma : masa bodo! Urusan lo urusan lo, urusan gua urusan gua!, kita cuma bakal jadi IPA 1 biasa yang kutu buku, mata empat, pendiem, ga banyak tingkah, pendiem, sunyi, sepi, hening, kaku, cupu, kuper, da ga gaul (juga hobi bawa tupperware ke sekolah). Walaupun kita sering beda pemikiran, it’s okay, karena itulah ICHIGO. Yang mesti diinget, walaupun kita penuh perbedaan kayak gini, kita ini satu. ICHIGO itu satu, dan selamanya akan tetep jadi satu. Gak ada istilah pisah selama JARINGAN LUAS masih bisa menjangkau kita (ujung-ujungnya ke jaringan luas). Sampai kapanpun, jadi apapun kalian nanti, seberubah apapun kita nanti, memori di kepala ini akan tetep sama (hindari yang namanya kecelakaan ya poi, takutnya amnesia). Kenangan yang kita punya tentang SMANDA akan tetep seperti itulah sampe kita tua.
Say thanks ke SMANDA yang udah mempertemukan kita. Karena tanpa SMANDA, ICHIGO cuma sekedar cerita yang nggak nyata. Jangan lupa juga bersyukur sama Tuhan yang dengan izin-Nya lah SMANDA masih berdiri sampe sekarang. Kalo Tuhan menggariskan SMANDA itu gak pernah muncul ke dunia atau udah hancur sebelum masa kita, ya ICHIGO juga ga akan pernah ada.
Makasih juga ke emak bapak kita masing-masing, yang udah ngebuat kita dengan susah payah…
Aku cinta ICHIGO.
“ICHIGO itu satu, dan selamanya akan tetep jadi satu”
No comments:
Post a Comment