Thursday, January 6, 2011

Mengapa Tuhan Menciptakan Manusia?

Mungkin ini adalah sebuah pertanyaan yang tidak saja dimiliki oleh saya, tapi juga setiap manusia.

Anda semua pasti pernah bertanya, sebenarnya apa alasan dan tujuan Tuhan menciptakan Anda? Nah, jika Anda seorang Muslim, pasti tahu QS Adz-Dzariyat (51) ayat 56. Di sana Tuhan berfirman bahwa manusia dan jin diciptakan tak lain hanya untuk taat, mengabdi, dan menyembah-Nya.


Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. ( QS. Adz-Dzariyat ( 51) : 56).


Tapi ingat saudara-saudara sekalian, alasan dan tujuan yang tersebut di atas adalah alasan dan tujuan penciptaan manusia bagi MANUSIA itu sendiri. Manusia diciptakan untuk menyembah-Nya ; lalu apa alasan dan tujuan penciptaan manusia itu bagi TUHAN? Seperti seorang tukang kayu yang membuat kursi karena alasan "membutuhkan tempat duduk yang nyaman" atau "untuk dijual agar memperoleh uang", maka Tuhan juga pasti punya sebuah alasan atau tujuan kenapa Dia membuat manusia.

Namun bacalah QS Al-Baqarah ayat 30.

Dan ingatlah ketika Tuhanmu berkata kepada para Malaikat: "Aku akan ‎menciptakan seorang khalifah di bumi". Para Malaikat berkata: "Apakah ‎Engkau akan menciptakan orang yang akan membuat kerusakan di dalamnya ‎dan mengalirkan darah, sementara kami selalu bertasbih dengan memuji-Mu ‎serta mengagungkan-Mu. Allah berkata: "Aku mengetahui apa yang tidak ‎kalian ketahui." (QS Al-Baqarah (2) : 30)


Disini tidak diungkapkan secara glamor mengapa Tuhan menciptakan manusia. Allah hanya berkata,"Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui." Kesan yang didapat setelah membaca ayat di atas adalah Allah seolah-olah merahasiakan alasan penciptaan manusia yang dilakukan-Nya.

Tercatat pula di sana bahwa Allah hendak menjadikan seorang khalifah di Bumi sehingga ia menciptakan manusia pertama (Adam as.). Namun lagi-lagi, "khalifah" merupakan alasan bagi MANUSIA mengapa ia diciptakan ; sehingga alasan bagi MANUSIA mengapa ia diciptakan sekarang ada dua, yaitu (1) tanggung jawab vertikal sebagai hamba Allah dan (2) tanggung jawab horizontal sebagai khalifah yang mengatur Bumi.

Kalaupun ternyata kita berasumsi bahwa "khalifah" itu adalah alasan bagi TUHAN, maka ada yang akan kita pertanyakan, yaitu : tidak sanggupkah Tuhan mengurus Bumi-Nya sendirian? Bukankah dikatakan dalam banyak ayat-ayat di dalam Alquran bahwa Allah itu Maha Besar dengan segala ciptaannya, tidak pernah tidur dan tidak pernah merasa lelah dalam mengawasi setiap tindak-tanduk umat-Nya, serta tidak merasa kesusahan untuk mengurus Bumi dan langit? Jika Tuhan berkuasa luar biasa seperti itu, lalu untuk apa lagi khalifah di Bumi jika Dia mampu mengurusnya sendiri?

Dalam beberapa literatur agama lain, disebutkan bahwa Tuhan menciptakan manusia karena Dia membutuhkan manusia untuk membuktikan eksistensinya. Tuhan membutuhkan manusia untuk memberitahukan bahwa Dia memang ada. Namun berkembang lagi pertanyaan : dalam sudut pandang seorang Muslim, Tuhan tidak pernah membutuhkan hamba-Nya, namun hamba lah yang pasti selalu membutuhkan Tuhannya, begitulah yang tertulis dalam Alquran. Ya, di sini justru terlihat lucu. Jika Tuhan membutuhkan hamba-Nya, bukankah itu artinya hamba itu berlaku sebagai Tuhan bagi Tuhannya sendiri? Sungguh menyalahi sifat Tuhan yang Maha Tinggi atas siapapun dan Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Lalu berkembang pertanyaan lain : apa sebenarnya tujuan Tuhan menciptakan Bumi? Karena jika Bumi tidak ada, Tuhan pun tidak memerlukan khalifah sehingga alasannya untuk menciptakan manusia telah gugur. Sehingga awalnya adalah mengapa Tuhan menciptakan jagat raya ini beserta isi nyata dan segala alam gaibnya?


Jika ingin mencoba berhipotesis ; Tuhan adalah Awal dari Segala Awal. Ketika Dia ada, yang lain belum ada. Adakah efek kesendirian menginspirasi Tuhan untuk menciptakan dunia, akhirat, dan segala makhluknya untuk mengusir rasa sepinya? Terasa seolah-olah Tuhan membuat pekerjaan untuk diri-Nya sendiri yaitu mengurus seluruh jagat raya untuk membunuh kesepian.

Perhatikan lagi QS Al-Baqarah ayat 30 di atas. Malaikat telah memprotes Tuhan sebelumnya bahwa manusia hanya akan menimbulkan kerusakan dan mengalirkan darah. Memang yang di-judge oleh malaikat hanya sisi negatif manusia tanpa melihat potensi-potensi positifnya, namun hal itu sekarang benar adanya. Anda bisa rasakan bagaimana kondisi dunia sekarang ini. Pemanasan global, berbagai bencana banjir dan tanah longsor, kekeringan, kemiskinan, kebodohan, tindak kriminal di segala bidang, berbagai konflik antar manusia yang berujung pada bentrokan, bahkan perang besar, semuanya merupakan bukti dari tabiat buruk manusia. Memang manusia menciptakan banyak terobosan caanggih bagi kemajuan peradaban dan kemudahan ras mereka sendiri, tapi itu semua bisa dibilang tidak sebanding dengan kekacauan serta kerusakan yang telah manusia itu timbulkan sendiri. Sekarang pertanyaannya ; Tuhan Maha Tahu, tentunya ia juga tahu kalau di masa depan Bumi akan menangis seperti ini karena ulah manusia, lalu kenapa ia masih kokoh dengan pendiriannya untuk menciptakan manusia?

Setiap kali terlahir di dunia, manusia diberikan dua jalan dalam hidupnya yaitu jalan kebatilan dan jalan ketakwaan (sebagaimana tersebut dalam QS Al-Balad ayat 10). Selanjutnya tergantung bagaimana manusia memaksimalkan akal dan nafsunya untuk mencapai jalan yang benar, yaitu jalan ketakwaan. Tentunya Tuhan sudah tahu kalau tidak semua manusia yang diciptakan-Nya akan memilih jalan yang benar tersebut, seperti yang terbaca sekarang ini, malahan sepertinya mereka yang memilih jalan kebatilan jumlahnya lebih berlimpah. Terkesan seperti Tuhan menjadikan manusia sebagai kelinci percobaan ; seperti seorang ilmuwan melepas sekumpulan tikus di suatu area dengan tujuan bertahan hidup. Tikus-tikus yang bertahan hingga akhir akan diklaim sebagai spesies unggul, sedangkan tikus-tikus lainnya yang tak beruntung hanya akan membusuk dalam kematian akibat tidak memperoleh makanan, atau karena penyakit menular, atau mungkin karena ancaman predator. Seperti itulah manusia. Ia dilepas di dunia dengan dua jalan pilihan, kemudian ia harus berjuang sendiri untuk bertahan di jalan pilihannya itu hingga hari kiamat datang. Mereka yang berada pada jalan yang benar akan diberi imbalan surga (analog dengan diklaim sebagai spesies unggul dalam kasus tikus), sedangkan sisanya akan menikmati tamasya mengerikan di neraka.

Lalu apa maksudnya? Apakah Tuhan hanya ingin melihat bagaimana usaha keras manusia mencapai aqidah yang diinginkan-Nya? Atau apa? Lagipula, adakah untungnya hal tersebut bagi Tuhan yang telah mempunyai segalanya?


Ataukah sebagaimana layaknya Tuhan, Dia ingin disembah? Dia membutuhkan penyembahan dari makhluk-makhluk-Nya? Hal ini cenderung menguatkan opini "Tuhan membutuhkan hamba-Nya" seperti yang tersebut di atas. Namun, dalam kisah-kisah sejarah Islam, terdapat orang-orang kafir yang tidak bersedia menyembah-Nya, bahkan dengan jelas menantang-Nya. Jika Tuhan ingin disembah, seharusnya ia memberikan hidayah kepada semua orang tanpa terkecuali sehingga mereka semua tunduk kepada-Nya dan selalu menyembah-Nya. Namun, lihatlah sekarang, ada banyak orang-orang yang justru lupa Tuhan. Lagipula, ada suatu ayat di dalam Alquran yang isinya kurang lebih "Sesungguhnya Aku (Allah) tidak membutuhkan mereka (orang-orang sesat) itu menyembahku." Ini sudah sebuah bukti nyata kalau Tuhan tidak gila sembah.


Sungguh banyak pertanyaan yang membutuhkan jawaban, dengan ketidakpastian apakah semua jawaban itu bisa diperoleh atau tidak. Mungkin saja Tuhan tidak membeberkan alasan-Nya menciptakan manusia di dalam Alquran karena dikhawatirkan keterbatasan logika manusia membuatnya gagal mencerna alasan itu sendiri dan kemudian menimbulkan kejadian-kejadian tak diinginkan. Wallahu alam. Seperti kata pepatah, ada beberapa rahasia yang harus tetap jadi rahasia, dan mungkin yang satu ini tergolong rahasia sejenis itu. Manusia dipersilakan menebak-nebak ; namun yang jelas, Dia ada dan Dia mengawasi kita. Tarikan nafas kita pun telah menjadi bukti bahwa Tuhan itu ada. Apapun alasan Tuhan menciptakan kita, secara nyatanya kita telah tercipta, dan sesuai dengan QS Adz-Dzariyat ayat 56 serta QS Al-Baqarah ayat 30, hendaklah kita mengorientasikan hidup kita pada jalan yang dicintai Tuhan, yaitu jalan ketakwaan. Itulah sebuah pilihan yang bijaksana dan itulah satu-satunya jalan yang akan membawakan kita kemenangan pada akhirnya.



Warning : it's just opinion

1 comment:

  1. tidak ada yang dirahasiakan. hanya kemampuan manusia berfikir dalam suatu jaman itu terbatas untuk menjangkau ilmu Tuhan. seperti manusia zaman sekarang yang katanya canggih belum mampu menimbang suatu benda dengan presisi 1000 digit dibelakan koma. Terima saja firmanNya: ....Allah berkata: "Aku mengetahui apa yang tidak ‎kalian ketahui." (QS Al-Baqarah (2) : 30)

    ReplyDelete